Al-Qur`anAqidahDo`aHadits

Hadis tentang Menghargai Waktu Keutamaan Menghargai Waktu

Akhir tahun, tahun baru, pergantian tahun, pergantian waktu, muda menjadi tua, pagi menjadi petang merupakan proses berlalu waktu. Waktu yang terus berjalan harus digunakan menjadi momentum kebajikan dan momentum untuk beribadah. Perjalanan waktu menunjukkan perputaran matahari dan bulan yang teratur sesuai kadar takdir yang telah ditentukan sang pencipta. beberapa kadar waktu yang tidak jelas batasannya tidak dapat dijangkau logika manusia meliputi keniscayaan, kebangkitan, penguasaan ruh dan maut, penentuan kematian, dan kebangkitan pada hari kiamat.

Banyak berbagai pengungkapan tentang waktu berdasar tinjauan akal manusia yang telah diilhamkan Allah Ta’ala Sang Pencipta. Islam memberi penekanan mengenai pentingnya waktu karena juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Waktu luang termasuk salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengisi dengan berbagai hal kebaikan. pentingnya waktu untuk manusia, telah dikabarkan dalam Al-Qur’an menjadi panduan hidup untuk manusia dengan firman Allah SWT di dalam surat Al-Ashr :

وَالْعَصْرِۙ

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

(Wal-‘aṣr, innal-insāna lafī khusr)

Artinya: “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian.” (QS Al-Asr: 1-2)

Pada hakikatnya, waktu bagi manusia adalah umurnya sendiri. Saat waktu berlalu, maka usianya pun semakin berkurang.

Rasulullah SAW sering memberi peringatan umatnya tentang waktu. Salah satuya dengan beberapa hadis tentang menghargai waktu, di antaranya:

  1. Jangan Tertipu dengan Waktu Luang

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Artinya: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Abdul Fattah bin Muhammad dalam Qimatuz Zaman ‘Indal ‘Ulama menjelaskan, kata ‘tertipu’ dalam hadis ini artinya merugi.

Banyak manusia yang merugi karena nikmat sehat dan waktu luang. Ada orang yang sehat, namun seperti tidak punya waktu untuk persiapan akhirat karena terlalu sibuk dengan kehidupan dunia.

Oleh karena itu, apabila diberikan nikmat sehat dan waktu luang, perbanyaklah ketaatan kepada Allah SWT. Sebab, masa sehat akan disusul sakit, dan waktu luang akan disusul kesibukan.

2. Jaga 5 Perkara sebelum 5 Perkara


Hadis tentang menghargai waktu tentang 5 hal penting sebelum 5 hal lainnya :

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Artinya: “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Nasai dan Baihaqi)

3. Waktu Dipertanggungjawabkan di Hadapan Allah SWT


Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR Tirmidzi)

Hadis tentang menghargai waktu ini menunjukkan bahwa umat Islam harus melakukan amal saleh sepanjang hidupnya, agar dapat mempertanggungjawabkan dengan baik di akhirat nanti.

4. Usia Umat Nabi Muhammad antara 60 sampai 70 Tahun
Rasulullah SAW wafat dalam usia 63 tahun, begitu pula dengan umatnya. Terkait dengan hal tersebut, beliau bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Artinya: “Usia umatku (Muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya.” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Disebutkan pula bahwa hanya sedikit orang yang melewati batas usia ini. Tapi jika diberi umur lebih panjang, Allah SWT sedikit demi sedikit akan mengambil nikmat-Nya dari manusia.

5. Nikmat dari Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda:

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحت و الفراغ

Artinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR Muttafaqun ‘alaih)

Karena waktu adalah nikmat dari Allah SWT, sudah seharusnya tidak menyia-nyiakannya dengan berbuat hal-hal yang tidak berfaedah. Karena waktu tidak dapat diputar kembali.

6. Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat


Hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Artinya: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

7. Jadilah Orang Asing di Kehidupan Dunia


Rasulullah SAW bersabda;

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رواه البخاري.

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar ia berkata: ‘Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang). Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.” (HR Bukhari)

Islam sangat sangat mengedepankan penggunaan waktu dengan kebaikan. Hadist diatas menunjukkan potongan pelajaran bahwa Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan kaumnya menghargai waktu, diharapkan umat Islam dapat memanfaatkan waktu yang telah Allah SWT berikan sebaik mungkin. tentang pelajaran waktu memang banyak terdapat keutamaan yang dapat menjadi bahan renungan agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan tidak menjadi orang yang merugi.

8. Jangan Sia-siakan Waktu


Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk.

Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”

Ini menunjukkan bahwa orang Islam tidak boleh menyianyiakan waktu dan malah harus selalu mengisinya dengan selalu mengingat Allah SWT.

9. Waktu Berlalu Sangat Cepat

Ibnul Qoyyim Rahimahullah mengatakan: “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi,

penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).

Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

10. Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu

Ibnul Qoyyim menambahkan: “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil,

hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”

11. Waktu Pasti akan Berlalu

meneladani kewaspadaan terhap waktu mengkaji atsar sahabat Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri:

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل

Artinya: “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.”

12. Waktu Bagaikan Pedang

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,

صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك

Artinya: “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

13. Jika Tidak Sibuk dengan Kebaikan, Pasti akan Jatuh dengan Hal yang Sia-sia

Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:

ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”

Itulah penjelasan mengenai hadis tentang menghargai waktu, yang dapat menjadi pengingat bagi umat muslim untuk selalu melakukan amalan saleh.

sumber hidayatullah.com

Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *