TarikhUncategorized

Peristiwa Perang Khaibar

Perang Khaibar terjadi saat penghujung bulan Muharram tahun 7 Hijriyah. Pasukan Yahudi yang sangat banyak dan kuat menjadikan salah satu catatan perang yang paling sengit bagi kaum Muslim. Pemicu terjadinya perang Khaibar ini adalah ulah licik orang-orang Yahudi yang sering mengadu domba kaum Muslim. Kaum Yahudi di Khaibar pun seolah bersikap seperti menentang kaum Muslim, dengan 10.000 orang yang menjadi pasukan dan dilengkapi dengan senjata serta memiliki benteng yang sangat kuat. Rasulullah SAW pun akhirnya memutuskan untuk menyiapkan dan memberangkatkan pasukan ke Khaibar untuk menghadapi kondisi tersebut. Hanya ada sebanyak 1.600 orang dan 200 orang yang mengendarai kuda yang menjadi pasukan dari kaum Muslim.

Saat pasukan kaum Muslim yang telah mendekati Khaibar diberhentikan sejenak oleh Rasulullah SAW, Rasulullah SAW memohon doa kepada Allah SWT untuk menghadapi kaum Yahudi. “Wahai, Tuhan langit dan segala yang ada di bawahnya, Tuhan tujuh lapis bumi dan segala yang ada di atasnya, Tuhan setan-setan dan segala yang menyesatkan, serta Tuhan angin dan segala yang diterbangkannya, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan negeri ini serta kebaikan penduduk dan segala yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepada-Mu dan kejahatannya, kejahatan penduduk, dan kejahatan yang ada di dalamnya. Kaum Yahudi pun sudah mempersiapkan pasukan mereka untuk menghadapi serbuan dari kaum Muslim.

Seperti yang sebelumnya juga sudah disebutkan, kaum Yahudi memiliki benteng Khaibar yang sangat kuat dengan sistem pertahanan yang berlapis-lapis. Bahkan belum tentu bisa ditaklukan dengan pasukan Romawi yang dikenal lebih kuat. Namun kaum Muslim tetap berperang dengan hati yang teguh dan hati yang sangat tinggi dalam Perang Khaibar dengan kaum Yahudi ini. Jantung pertahanan musuh pun pada saat itu langsung diserbu oleh pasukan Rasulullah SAW. Saat Perang Khaibar, Sallam bin Misykam menjadi yang memimpin dari pasukan kaum Yahudi. Mereka menempatkan perempuan, anak-anak dan harta benda di dalam benteng Watih dan Sulaim. Sementara itu benteng Na’im menjadi tempat untuk mengumpulkan persediaan makanan.

Saat Perang Khaibar ini, pimpinan pasukan kaum Yahudi yakni Sallam bin Misykam berhasil terbunuh oleh pasukan kaum Muslim. Namun kematian sang pemimpin pasukan ter sebut tidak membuat pertahanan Khaibar jadi mudah untuk ditembus pasukan Muslim. Bahkan Abu Bakar dan Umar pun sampai ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk membantu menembus pertahanan Khaibar, tapi tetap saja belum berhasil.

Hingga akhirnya pertahanan dari pasukan kaum Yahudi berhasil ditembus setelah pasukan kaum Muslim diserahkan dan dikomandoi oleh Ali bin Abu Thalib. Nama Ali bin Abu Thalib pun semakin disorot dalam Perang Khaibar ini karena keberhasilannya untuk menembus pertahanan pasukan kaum Yahudi. Pada saat itu, dalam pimpinan Ali bin Abu Thalib pintu gerbang benteng Yahudi berhasil direnggut dan dijadikan sebagai perisai. Bahkan komandan yang menggantikan Sallam yang tewas yakni Harith bin Abu Zainab juga berhasil dibunuh. Benteng Yahudi perlahan mulai dapat dikuasai oleh pasukan Muslim. Akan tetapi, saat di dua benteng terakhir benteng Yahudi cukup sulit untuk ditaklukan karena karena tentara-tentara Yahudi sangat gigih untuk bertahan sehingga korban pun mulai banyak berjatuhan baik dari pasukan Yahudi sendiri maupun pasukan Islam.

Hingga akhirnya pasukan Yahudi menyerah dengan sendirinya dan menyatakan bahwa mereka bersedia untuk keluar dari Khaibar dengan keluarga mereka masing-masing. Kemudian pasukan Yahudi menyerahkan benteng mereka kepada pasukan Islam. Kaum Muslim memperoleh senjata-senjata yang diletakkan di dalam benteng dan menemukan ribuan kitab Taurat yang kemudian dikembalikan oleh Rasulullah SAW kepada kaum Yahudi. Bahkan meski terlibat dalam perang, kaum Yahudi tetap dilindungi oleh kaum Muslim selama perjalanan keluar dari Khaibar atas perintah rasulullah SAW. Kecuali Kinana bin Rabi, kaum Yahudi yang kedapatan berbohong saat Rasulullah SAW meminta keterangan darinya. Rasulullah SAW sengaja memberikan perlindungan tersebut kepada kaum Yahudi untuk menunjukkan bahwa kaum Muslim tidak melakukan perlakuan yang beda kepada pihak yang kalah. Sebab biasanya pasukan yang kalah dalam berperang akan dihancurkan oleh pasukan Kristen dari Kekaisaran Romawi. Namun berbeda dengan kaum Islam yang memberikan kemerdekaan untuk kaum Yahudi Khaibar mengatur dirinya sendiri selama mengikuti garis kepemimpinan Rasulullah SAW. Perang Khaibar dikisahkan menelan sebanyak korban 93 orang dari kaum Yahudi dan 15 orang dari kaum Muslim.

Rasulullah SAW sempat tinggal di Khaibar beberapa lama. Namun, di Khaibar ini Rasulullah SAW nyaris saja dibunuh karena diracun oleh Zainab binti Harith, istri dari pemimpin pasukan Yahudi yakni Sallam dalam Perang Khaibar. Pada saat itu, sepotong domba dikirimkan oleh Zainab kepada pasukan Rasulullah SAW. Domba tersebut pun sempat digigit sedikit oleh Rasulullah SAW, namun dengan segera dimuntahkan ketika wahyu turun mengabarkan daging domba itu beracun. Akan tetapi sahabat Rasul yakni Bisyri bin Bara terlanjur menelannya dan ia pun meninggal karena daging domba tersebut. Rombongan pasukan Rasulullah akhirnya kembali ke Madinah setelah berhasil menaklukan Khaibar. Mereka semua kembali melalui Wadil Qura, sebuah wilayah yang dikuasai oleh kaum Yahudi yang lain. Di tempat tersebut juga sempat terjadi peperangan namun Rasulullah SAW kembali berhasil menaklukannya.

Di sisi lain, kaum Yahudi di Taima menawarkan damai tanpa adanya peperangan. Dengan kaum Yahudi yang berhasil ditaklukan tersebut, Islam di Madinah menjadi kekuatan yang utama di Jazirah Arab. Masyarakat yang tenang semakin terwujud dan Nabi Muhammad SAW dapat lebih fokus untuk berdakwah.

Khaibar sendiri merupakan sebuah kawasan lokasinya terletak di sebelah utara Madinah. Dengan tanah yang subur dan sumber airnya yang melimpah, Khaibar menjadi suatu kawasan yang sangat istimewa. Bahkan Khaibar menjadi kawasan yang menghasilkan kurma, biji-bijian hingga buah-buahan karena suburnya tanah di Khaibar. Maka dari itu sebutan lain dari Khaibar yakni adalah negeri Hijaz yang subur atau juga negeri Hijaz yang kuat. Pada masa Rasulullah SAW, ada sebuah pasar yang disebut Pasar An Nathah DI khaibar yang dilindungi oleh Kabilah Ghathafan. Pasar An Nathah tersebut dilindunginya karena dianggap sebagai wilayah kekuasaan dari Kabilah Ghathafan. Dalam wilayah tersebut juga ada sebuah perkampungan yang berisi orang-orang Yahudi. Bahkan di Jazirah Arab Saudi kampung tersebut bisa dibilang sebagai wilayah perkampungan Yahudi yang terbesar. Khaibar ditinggali oleh orang-orang kaya dari kaum Yahudi yang bekerja sebagai seorang pedagang dan petani.

Mereka kaum Yahudi kaya yang tinggal di Khaibar diketahui memiliki kebun mereka sendiri yang ditanami anggur, kurma, sayur-mayur dan biji-bijian. Bahkan mereka para kaum Yahudi yang ada di Khaibar juga menghasilkan senjata sendiri karena memiliki pusat pengrajin logam untuk membuat peralatan dan senjata serta ada juga produsen sutra. Terdapat tiga titik yang menjadi pusat dari kawasan Khaibar diantaranya adalah Natat, Shiqq dan Katiba.

Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *