kumpulan Peristiwa penting bulan Rajab
kumpulan Peristiwa penting bulan Rajab ini termasuk kelahiran dan gugurnya para tokoh Islam hingga pembebasan Palestina.
1. Isra Miraj
Baca Juga:
Peristiwa Isra Miraj. Pada 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Mekah ke ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem lalu dilanjutkan menuju langit ke tujuh atau Sidratul Muthana.
Perjalanan fisik dan spiritual Nabi Muhammad ini dilakukan hanya dalam satu malam dan ditemani oleh Malaikat Jibril.
2. Sayyidah Amina Mengandung Muhammad
Dikutip dari NU Online, pada bulan Rajab, Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang nantinya menjadi manusia paling disayang Allah SWT. Ia adalah Nabi Muhammad SAW. Lalu Muhammad lahir pada bulan Rabi’ul Awwal.
3. Hari lahir Ali Bin Abi Thalib
Baca Juga:
Erick Thohir Jadi Bakal Cawapres Kuat Berkat Kedekatan dengan NU
Peristiwa penting bulan Rajab bagi umat Islam berikutnya adalah hari lahir Ali Bin Abi Thalib. Bulan Rajab juga menjadi bulan kelahiran Ali Bin Abi Thalib.
Dia merupakan seseorang pertama kali beriman kepada Nabi dari kalangan anak kecil. Ali Bin Abi Thalib juga merupakan sepupu sekaligus menantu Nabi setelah menikahi Fatimah Az Zahra, putri Nabi Muhammad SAW.
4. Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha)
Peristiwa penting bulan Rajab selanjutnya ialah perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha) ke Ka’bah di Makkah. Peristiwa ini terjadi di pertengahan bulan Rajab, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
5. Imam Syafi’i Wafat dan Imam Muslim Wafat
Dalam berbagai sumber disebutkan juga bahwa salah satu ulama termasyur umat islam, Imam As Syafi’i wafat pada bulan Rajab, tahun 204 hijriah.
Selain itu, Imam Muslim juga wafat pada bulan Rajab, tanggal 25 Rajab tahun 261 Hijriah. Imam Muslim merupakan sosok yang aktif dalam periwayatan hadist.
6. Perang Tabuk terjadi pada hari kesepuluh bulan Rajab tahun 9 H.
Imam Muslim[2] meriwayatkan perjalanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya yang sedang menuju Tabûk. Dalam hadits itu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَأْتُوْنَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللهُ عَيْنَ تَبُوْكَ وَإِنَّكُمْ لَنْ تَأْتُوْهَا حَتَّى يُضَحَّى النَّهَارُ فَمَنْ جَاءَهَا مِنْكُمْ فَلاَ يَمُسَّ مِنْ مَائِهَا شَيْئًا حَتَّى آتِيَ
Insya Allâh besok kalian akan sampai di mata air Tabûk, dan sungguh kalian tidak akan sampai ketempat itu kecuali setelah waktu agak siang dan barangsiapa sampai duluan maka janganlah dia menyentuh airnya sedikitpun sampai aku datang (ke tempat itu)
Dalam hadits ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakannya dengan Tabûk, padahal tempat itu belum didatangi oleh siapapun sebelumnya.[3]
Peperangan ini juga dinamakan dengan perang al-‘usrah (kesulitan) berdasarkan riwayat Imam al-Bukhâri[4] yang sanadnya sampai ke Abu Musa al-Asya’ari Radhiyallahu anhu. Beliau Radhiyallahu anhu berkata:
أَرْسَلَنِي أَصْحَابِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ الْحُمْلَانَ لَهُمْ إِذْ هُمْ مَعَهُ فِي جَيْشِ الْعُسْرَةِ وَهِيَ غَزْوَةُ تَبُوكَ
Saya diutus oleh para sahabatku kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan tentang kendaraan (tunggangan) yang bisa membawa mereka ketika mereka ikut Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pasukan al-Usrah yaitu perang Tabûk
Berdasarkan ini, imam al-Bukhari[5] memberi judul peperangan ini dengan Bab Ghazwati Tabûk wa hiya Ghazwatu al-‘Usrah.
Dari riwayat Abu Musa al-‘Asya’ri Radhiyallahu anhu di atas tergambar jelas kesulitan yang dialami oleh para Shahabat dalam peperangan ini. Kesulitan itu meliputi kesulitan harta, perbekalan dan kendaraan.
Imam Muslim[6] meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang menceritakan berbagai kesulitan dan kekurangan yang dialami kaum Muslimin dalam perjalanan mereka ini sampai harus bertahan hanya dengan satu kurma dengan meminum air setiap kali mereka menghisap kurma tersebut tanpa memakannya. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan kesulitan yang dialami kaum Muslimin ini dalam firman-Nya:
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allâh telah menerima taubat nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allâh menerima taubat mereka itu. [At-Taubah/9:117]
PENYEBAB PERANG TABUK
Perang Tabûk terjadi pada bulan Rajab tahun kesembilan hijriyyah, yaitu enam bulan setelah pengepungan Thâ’if[7]. Para Ahli sejarah menyebutkan beberapa sebab terjadinya perang Tabûk, ada yang menyebutkan karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui Hiraklius (Raja Romawi) mempersiapakan pasukan besar yang terdiri dari pasukan romawi dan sekutunya dari beberapa kabilah arab.[8]
Sementara al-Ya’qubi menyebutkan bahwa sebabnya adalah membalas kematian Ja’far bin Abu Thâlib.[9]
Ibnu Asâkir rahimahullah menyebutkan sebab yang lain yaitu ketika orang-orang yahudi mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan ke Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Jika engkau benar seorang Nabi maka datanglah ke Syam! Karena Syam adalah negeri Mahsyar dan negeri para Nabi.” Maksud dan tujuan melontarkan tantangan ini adalah menipu dan ingin melihat kaum Muslimin celaka ketika harus berhadapan dengan pasukan Romawi. Ketika kaum Muslimin sampai di daerah Tabûk, Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat:
7. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz gugur dalam usia 39 tahun pada bulan Rajab tahun 101 H.
8. An-Najasyi, Raja Al-Habasyah gugur dalam keadaan muslim pada bulan Rajab tahun 9 H.
9. Pembebasan Palestina
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina pada tanggal 27 Rajab 583 H. Ia tidak menggunakan tentara dan berperang.
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan aqidah yang benar di Palestina. Ia mengambil jalan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah.