Hati-Hati Kepada Kakek Nenek
Hati-hati Dengan Kakek dan Nenek
Akhir-akhir ini ada fenomena yang mengkhawatirkan dalam dunia pendidikan anak. Bapak-ibu sibuk berkarir dan menjadi aktifis publik dan anak-anak dititipkan kepada kakek nenek. Inilah sumber permasalahannya. Naluri kakek nenek adalah sangat sayang kepada cucu, melebihi sayangnya kepada anak-anaknya sendiri. Sehingga apapun yang dimau cucu akan dituruti.
Sebagai seorang pendidik kita harus sadar bahwa kakek nenek tidak didesain untuk mendidik cucu, tetapi didesain untuk mendidik bapak dan ibunya cucu. Ketika seorang kakek nenek dititipi cucu, maka seharusnya dengan berat hati ia katakan bahwa menitip cucu kepada kakek nenek adalah sebuah “kezhaliman yang besar”. Ada lima “dosa” apabila anak-anak diserahkan pengasuhannya kepada kakek nenek.
1. Dosa kepada Allah
Anak adalah amanah yang SK-nya ditujukan kepada bapak-ibunya bukan kepada kakek neneknya apalagi orang lain. Setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Melemparkan amanah kepada orang lain adalah tindakan pengkhianatan. Khianat merupakan salah satu sifat orang munafik. Betapa tidak munafik seseorang, di satu sisi meregek-rengek meminta anak, sementara setelah diberi anak ia tidak bertanggung jawab.
2. Dosa kepada orang tua
Seharusnya sikap yang benar adalah seorang anak berbakti dan melayani orang tua dengan sebaik-baiknya (birrul walidain). Perintah birrul walidain ini posisinya dibawah sholat pada waktunya di atas jihad. Sedangkan durhaka kepada orang tua statusnya setingkat di bawah syirik. Seikhlas apapun orang tua dalam mendidik anak setidak-tidaknya memiliki harapan, anak disamping sebagai pelanjut keturunan sekaligus sebagai tempat bergantung di hari tua. Betapa besar dosa seorang anak, sudah tidak bisa berbakti justru malah menitipkan anak kepada orang tuanya. Seikhlas apapun kakek nenek mengasuh cucu pasti ada saat-saat tertentu merasa keberatan, kerepotan bahkan kejengkelan dengan cucunya, apalagi jika sampai kakek nenek sibuk dengan cucunya sampai lupa untuk menyiapkan akhiratnya.
3. Dosa kepada diri sendiri
Anak adalah sebuah kenikmatan, bahkan kenikmatan yang peling tinggi nilainya setelah nikmat iman dan Islam. Saat-saat indah hidup bersama anak sebenarnya hanya ada pada tiga momentum, yaitu: mengandung, menyusui dan menimang. Semakin besar lama-lama kenikmatan akan berkurang bahkan bisa hilang berganti menggemaskan, mencemaskan, memusingkan, bahkan menggelisahkan. Apalagi jika nanti anak sudah berkeluarga, pasangan dan anaknya akan lebih dicintai dari pada kedua orang tuanya. Jadi, menyerahkan anak sewaktu kecil kepada orang lain pada dasarnya menganiaya diri sendiri.
4. Dosa kepada anak
Anak kita berhak dididik dengan sebaik-baiknya dengan menerapkan 5 sikap terpadu dalam mendidik anak yaitu pinter, kendel, tegel, prigel dan supel. Umumnya kakek nenek itu kehilangan sifat kendel dan tegel ketika berhadapan dengan cucu. Biasanya yang diinginkan oleh kakek nenek cucunya itu sekedar diam, tenang dan senang (meneng, anteng dan seneng). Sehingga anak tidak dimotivasi dan dikendalikan dalam perilakunya yang membuat mereka cenderung malas, bebas dan manja.
5. Dosa kepada masyarakat
Jika anak tidak dikandung dengan ikhlas, diberi asi dengan tuntas, didik dengan cerdas, apalagi bergelimang fasilitas, ada kemungkinan besar apabila bersifat pasif cenderung menjadi pemalas, dan jika bersifat agresif akan mengganggu KAMTIBMAS (keamanan dan ketertiban masyarakat). Biasanya kakek nenek itu cenderung tidak berjaya ketika harus mengendalikan perilaku cucunya, dengan alasan kasihan anak dibiarkan liar dan jika melakukan kesalahan cenderung dimaklumi, dimaafkan bahkan dibela.