Tidak Cukup di Sekolah
Mendidik anak pada dasarnya adalah mengantarkan anak agar menjadi manusia yang seutuhnya, mampu menjadi pengemban amanah khilafah di muka bumi. Idealnya, anak kita apapun bakatnya (passion) harus bermanfaat bagi orang tua. Paling tidak, jika belum bisa menguntungkan orang lain, mereka harus bisa mandiri dan jangan sampai menjadi beban pihak lain. Meskipun agak berat untuk direalisasikan, minimal kita laksanakan semampunya dengan penjadwalan sebagai berikut:
- Belajar menjadi ahli ibadah (jam 04.00 – 05.00).
Jika belum mampu tahajjud, paling tidak anak kita tidak terlambat sholat subuh. Setelah sholat subuh kita didik untuk berdzikir, berdo’a dan tilawah. Lebih baik lagi jika setiap hari Senin dan Kamis kita ajak berpuasa sunnah, sehingga bisa bangun sebelum subuh, paling tidak untuk makan sahur.
- Belajar bisa di rumah (jam 05.00 – 06.30)
Artinya, anak-anak kita didik terbiasa bertangung jawab dengan urusan rumah. Sehingga rumah kita terurus dan teratur dan siap ditinggal oleh seluruh anggota keluarga untuk beraktifitas di luar rumah. Dengan demikian, apabila nantinya mereka sudah memiliki rumah sendiri sudah terampil mengelola dan mengaturnya. Jika perlu kita sengaja tidak perlu pembantu rumah tangga agar rumah kita bisa berfungsi sebagai laboratorium kerja praktek bagi anak-anak kita.
- Belajar di sekolah (jam 07.00 – 15.00)
Setelah urusan rumah selesai, segera anak-anak kita antar ke sekolah islam terpadu yang biasanya fullday school, kita serahkan kepada sekolah untuk dididik untuk menguasai ilmu syar’i, profesi dan beladiri.
- Belajar di masyarakat (jam 16.00 – 17.00)
Setelah pulang sekolah anak-anak kita latih untuk bersosialisasi di masyarakat. Paling tidak kita suruh untuk bermain dengan teman-teman di lingkungan geografis, meskipun lingkungan tersebut tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Dan memang sulit untuk mencari lingkungan yang ideal bagi anak, justeru dengan lingkungan real itulah anak kita akan hidup realistis, menjadi anak yang imun (tahan banting), bukan anak yang steril (yang gagap dengan lingkungan). Ibarat ayam, anak kita menjadi jago bukan ayam sayur.
- Belajar di keluarga (jam 18.00 – 20.00)
Ketika anak sudah di rumah dan berkumpul dengan anggota keluarga, merekapun harus belajar menjadi anggota keluarga yang baik, karena salah satu fungsi keluarga adalah fungsi edukatif. Tempat belajarnya suami bergurukan istri, istri bergurukan suami, orang tua bergurukan anak, anak bergurukan orang tua dan saudara bergurukan saudara lainnya. Jadikanlah keluarga kita menjadi solusi bagi problem yang dihadapi seluruh anggota keluarga. Jadikanlah keluarga sebagai “rumahku surgaku”.
- Belajar menghadapi media (20.00 – sebelum tidur)
Tidak ada salahnya anak kita, kita ajak nonton TV bareng, bermain ‘game’ dan lain-lain agar mereka mampu menyikapi media dan mampu memfilter mana yang layak dan yang tidak layak untuk diakses.
- Belajar lainnya (di hari-hari libur)
Misalnya anak-anak kita ajak untuk outbond, rekreasi, silaturrahim, tadabbur alam, agar anak kita tidak menjadi “katak dalam tempurung”