NIKMAT BERSAUDARA DAN BERSATU
Masyarakat asli kota Madinah terdiri dari dua suku utama yang saling bermusuhan yakni Aus dan Khazraj. Perseteruan berlangsung lama bertahun-tahun melahirkan peperangan sambung menyambung. Salah satunya yang terbesar dan menyebabkan banyak jatuh korban adalah perang Bu’ats. Sehingga lahir banyak cerita dan syair menggambarkan dahsyatnya peperangan itu.
Kondisi sontak berubah dengan hijrah Nabi Saw. Api permusuhan seketika padam karena tersiram dengan sejuknya persaudaraan dan kasih sayang dalam asuhan beliau. Shahabat Muhajirin dan Anshor dipersaudarakan dalam arti sebenarnya. Saling membantu dan menanggung beban hidupnya. Sehingga ada yang membagi rumahnya, ada yang membagi hartanya, ada pula yang membagi kebunnya.
Namun suasana damai ini suatu saat berubah ketika orang Yahudi disana berhasil meniupkan opini permusuhan perang Bu’ats lagi. Mulailah cacian, makian dan tantang menantang muncul lagi. Seketika mereka mengasah pedang, menyiapkan tombaknya dan menyiapkan hari pertarungan. Tidak main-main. Pada hari yang ditentukan dua kabilah ini telah berhadap-hadapan siap menumpahkan darah.
Untunglah beberapa shahabat telah mengendus gerak-gerik yang membahayakan ini. Di saat ayunan pedang hampir terjadi Rasulullah hadir di tengah mereka mencegah pertumpahan darah. “Apakah seruan jahiliyyah muncul lagi sedangkan aku ada di antara kalian?” Kemudian Rasulullah Saw menyampaikan ayat:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran [3]: 103)
Para shahabat tersadar atas kesalahan mereka. Hampir saja darah tertumpahkan sia-sia. Memperturutkan emosi dan ambisi sesaat bisa menghancurkan segala-galanya.
Waspadalah terhadap gejolak nafsu. Tidak mudah larut dalam opini permusuhan yang tak jelas asalnya. Selalu menyiapkan prasangka baik kepada sesama muslim. Apalagi dalam era saat ini ketika komunikasi melalui media sosial sangat dominan. Orang begitu mudahnya, semudah menggerakkan jarinya, untuk mengumpat, menggunjing, menyebarkan berita buruk tanpa merasa bersalah.
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
Bukankah Rasulullah telah berpesan: “Seorang muslim (yang sejati) adalah ketika muslim yang lainnya selamat dari lisannya dan tangannya.”