KeluargaKeluarga BahagiaParenting

Body Guard Anak

Tantangan Lingkungan

Sebagai calon manusia yang masih lemah dan rapuh kepribadianya yang secara internal lebih dominal fungsi biologisnya dari pada psikologisnya, yang pertumbuhan fisiknya lebih menonjol dari pada perkembangan mentalnya, yang syahwatnya lebih berkuasa dari pada akal sehatnya, yang kesenangannya lebih dipentingkan dari pada kebutuhannya, tentu saja kondisi semacam itu membuat anak kita masih labil ketika harus hidup dalam lingkungan yang sangat kompleks sekarang ini. Dengan demikian anak kita membutuhkan bantuan dari lingkungan untuk membantu mengarahkan agar siap dan mampu menghadapi realitas kehidupan secara mandiri.

Namun kenyataannya lingkungan yang seharusnya membantu dan mengarahkan justeru membingungkan anak-anak kita. Seakan-akan lingkungannya justeru menjadi predator yang siap memangsa anak-anak kita. Lingkungan berlomba-lomba untuk mempengaruhi dan menguasai mereka demi kepentingan masing-masing. Seharusnya lingkungan bersatu dan berpadu untuk membimbing anak-anak kita, tetapi justeru berebut untuk menguasai anak-anak kita. Setidak-tidaknya sekarang ini ada 11 kekuatan eksternal yang siap mencabik-cabik kepribadian anak kita, yaitu:

  1. Lingkungan keluarga

Di keluarga, anak kita sekarang merasa tidak aman dan  nyaman, bahkan mengalami kebingungan karena masing-masing anggota keluarga memiliki prinsip yang berbeda-benda. Kebijakan bapak dan ibu sering bertentangan bahkan ada intervensi dari kakek nenek, pembantu atau anggota keluarga lainnya. Sehingga di rumah anak kehilangan tokoh identifikasi, bingung siapa anggota keluarga yang akan diikuti, ditaati dan dicontoh.

  • Lingkungan sekolah

Sistem sekolah sekarang, terutama sekolah negeri atau swasta nasional, sistem dan kurikulumnya sering membingungkan anak-anak kita dalam rangka membentuk karakter yang jelas. Muatan kurikulum sering diintervensi oleh banyak pihak dan banyak kepentingan yang belum tentu ada korelasinya dengan pendidikan. Jangankan anak kita yang bingung, para guru pun juga sering bingung karena disibukkan dan dipusingkan untuk mengurus administrasi, sertifikasi, akreditasi dan lainnya. Sehingga sering tugas mendidik anak justeru terbengkalai. Banyak juga guru-guru yang stress karena harus memanipulasi nilai dan prestasi anak-anak kita.

  • Lingkungan dakwah (agama)

Di Indonesia, tidak sekedar banyak agama tetapi juga banyak kelompok-kelompok dalam satu agama. Anak-anak kita mengalami kebingungan untuk memilih ajakan dakwah dari kelompok-kelompok agama yang ada. Ketika akan belajar beribadah pun mereka juga bingung karena masing-masing kelompok sering menonjolkan perbedaan, padahal anak kita belum mampu memfilter mana yang akan dijadikan landasan proses pembiasaan.

  • Lingkungan pemerintah (politik)

Dengan adanya era demokrasi liberal yang liar ini jangankan anak-anak kita, para pejabatpun sekarang sering mengalami kebingungan untuk melaksanakan tugasnya. Antara pusat dan daerah, antara orang nomor satu dengan orang nomor dua, dan seterusnya, sering berbeda ideologi dan kebijakan. Kondisi semacam ini tentu saja sangat berpengaruh bagi pendidikan anak. Misalnya untuk kepentingan nama daerah, anak-anak kita dipaksa untuk berprestasi dan dimanipulasi prestasinya.

  • Lingkungan geografis

Di sekitar tempat tinggal kita, baik di kota maupun desa sudah mengarah kepada pluralitas yang heterogen. Sehingga pergaulan anak kita sudah mengarah kepada individualistis. Jika zaman dahulu, lingkungan bisa membantu mengawasi dan mendidik anak-anak kita, sekarang masing-masing sudah acuh tak acuh terhadap perilaku orang lain. Sudah sulit kita temukan anak-anak kita bermain bersama dengan anak-anak sekitar.

  • Lingkungan media

Kemajuan teknologi media cetak dan elektronik sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadian anak-anak kita. Informasi yang negatif nampaknya lebih dominan dan lebih menarik untuk diakses oleh anak-anak kita. Semua media telah menjadi alat oleh para pengusaha dan penguasa untuk mengeksploitasi dan memanipulasi masyarakat. Media yang mendidik disamping jumlahnya sedikit sekaligus tidak menarik untuk diakses anak-anak.

  • Alat transportasi

Dengan kemajuan teknologi trasnsportasi dan peningkatan kemampuan ekonomi, sulit rasanya untuk memisahkan anak kita dengan alat transportasi modern. Kenyataannya anak-anak usia sekolah dasar pun sekarang sudah banyak yang bisa mengendarai sepeda motor bahkan ada yang sudah bisa mengendarai mobil. Dengan kemampuan mengendalikan kendaraan, jangkauan pergaulan dan aktivitasnya semakin luas. Padahal dengan kesibukan bapak ibunya yang kadang-kadang pergi sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tidur, otomatis kontrol terhadap perilaku anak menjadi longgar.

  • Alat komunikasi

Dengan adanya teknologi komunikasi yang murah, mudah dan cangggih, otomatis orang tua akan sulit untuk menunda, mencegah dan mengatur anak-anak kita berinteraksi dengan alat komunikasi. Bahkan dengan uang sakunya sendiri saja anak kita sudah bisa membeli handphone (HP) canggih yang bisa dibawa ke mana-mana, sampai tidurpun mereka harus bersama HP-nya.

  • Lingkungan Komunitas (geng)

Meskipun tidak semua anak-anak kita memiliki komunitas (geng), tetapi banyak anak-anak kita yang menjadi anggota geng-geng negatif atau terancam dengan kebrutalan geng-geng tersebut. Kadang-kadang, loyalitas kepda komunitas lebih besar dan berpengaruh dari pada loyalitas kepada orang tua, sekolah bahkan agama.

  1. Lingkungan kuliner

Dengan adanya perkembangan dunia kuliner yang didukung informasi, transportasi dan kemajuan ekonomi keluarga, umumnya keluarga sekarang mulai tidak puas dengan masakan yang disediakan di rumah. Anak-anak kita sekarang sudah menjadi pemburu dan pacandu kuliner.

Mereka hanya berfikir rasa dan gengsinya tetapi tidak berfikir kualitas dan gizinya, apalagi halal haramnya.

  1. Uang saku berlebih

Rata-rata anak sekarang mendapat uang saku dari orang-orang sekitar yang menyayanginya. Meskipun bapak ibu membatasi uang saku anak, tetapi kakek nenek, paman dan bibi sering memberi tanpa sepengetahuan orang tua. Sifat orang yang punya uang biasanya sulit terkendali, termasuk anak-anak kita sulit dikendalikan ketika mereka memiliki uang yang cukup apalagi bukan dari orang tuanya. Dari sinilah biasanya anak kita bisa sembunyi-sembunyi membeli barang-barang yang membahayakan, misalnya rokok, minuman keras dan narkoba.

Menyadari betapa sulitnya anak-anak kita menyikapi pengaruh lingkungan tersebut, sudah waktunya kita membantu mereka menciptakan sistem yang terpadu dan  bersinergi yang memudahkan anak-anak kita selamat dari pengaruh negatif lingkungan. Paling tidak, yang perlu kita sinergikan adalah lingkungan rumah, sekolah, dakwah dan pemerintah. Sekarang ini sudah banyak sekolah dan dakwah yang terpadu tetapi siapkah rumah dan pemerintah menjadi penyempurna keterpaduan itu?.

Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *