Membekali Ilmu
Bekali Ilmu
Yang Lengkap dan Terpadu
Pada dasarnya setiap anak lahir tanpa ilmu (QS. 16 : 78).
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ
لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ
وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur. (Alqur’an Qs: An-Nahl 78)
Padahal manusia hidup harus
dengan ilmu (QS. 17 : 36),
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ
ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Qur’an QS: Al-Isra 36)
karena ilmu adalah pembeda antara manusia dengan binatang (QS. 7:179).
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ
بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-Qur’an QS: Al-a’raf 179)
Ilmu juga sebagai pembeda antara manusia yang satu dengan lainnya. (QS.
39 : 9).
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا
وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ
يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.(Al-Qur’an QS: Az–zumar 9)
Bahkan ilmu juga sebagai pembeda antara mukmin yang satu dengan lainnya (QS.
58 : 11).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ
اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
(Al-Qur’an QS: Al-Mujadillaah 11)
Oleh karena itu, sejak dini anak kita sudah membutuhkan ibu guru yang cerdas
sebagai peletak dasar terhadap pendidikan berikutnya.
Setelah melewati pendidikan keluarga, terutama pada periode usia emas, anak
kita harus dipilihkan lembaga pendidikan yang mampu melanjutkan sistem dan
kurikulum yang ada di dalam keluarga kita. Lembaga pendidikan formal yang
paling ideal saat ini bisa kita lihat di sekolah-sekolah Islam terpadu,
integral, unggulan dan pesantren modern (Islamic Boarding School) yang
di dalam lembaga pendidikan itu anak-anak kita dikenalkan dengan kurikulum yang
meliputi tiga disiplin ilmu, yaitu ilmu syar’i, ilmu profesi dan ilmu beladiri.
Ilmu syar’i adalah untuk menghidupkan hati, ilmu profesi untuk menghidupkan
otak, dan ilmu beladiri untuk menghidupkan otot. Dengan pendidikan inilah
anak-anak kita akan teroptimalkan potensi afektif, kognitif dan
psikomotoriknya. Diharapkan anak-anak kita menjadi takwa, cerdas dan terampil;
sensitif, kreatif dan produktif; mampu menghadapi masalah moralitas,
kreatifitas dan kriminalitas, anak-anak yang memiliki kualitas ulil albab,
yaitu ahli dzikir, ahli pikir dan ahli ikhtiar, mampu olah rasa, olah rasio dan
olah raga (optimal: qolbiyah, aqliyah dan jasadiyahnya)
(QS. 3 : 190-191).
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ
الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ –
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا
وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
–
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”