KeluargaKeluarga BahagiaUncategorized

Kelahiran Anak

Disambut Secara Positif

Ketika seseorang ditanya tentang jumlah anaknya, setidaknya ada dua jawaban, yang satu menjawab anak saya “sudah 3” dan yang satunya menjawab anak saya “baru 6”, dua jawaban di atas sebetulnya sudah mengisyaratkan cara pandang yang berbeda terhadap anak. Bagi yang menjawab “sudah” menunjukkan cara pandang yang negatif terhadap anak. Sedangkan yang menjawab “baru” menunjukkan cara pandang yang positif terhadap anak.

Anak saya ‘sudah 3’, berarti 3 itu sudah cukup, sudah menjadi beban sehingga anak yang ke 4 dan selanjutnya dianggap sebagai ancaman atau sebagai musibah. Sedang pernyataan anak saya baru 6, berarti anak dianggap sebagai harapan, sehingga anak yang ke 7 dan selanjutnya di anggap sebagai amanah dan anugerah yang menyenangkan.

Cara pandang yang positif terhadap anak akan meringankan dan memudahkan di dalam mengasuh dan mendidik anak. Jika ada pertanyaan “repot mana mengasuh 3 anak dengan mengasuh 6 anak?”. Jawabannya sangat tergantung cara pandangnya terhadap anak tadi. Sebab, berat dan ringannya menghadapi masalah tidak ditentukan oleh masalahnya, tetapi ditentukan oleh cara pandang kita terhadap masalah itu. Coba saja jika ditanyakan kepada anak-anak kita, kira-kira lelah mana disuruh menyapu halaman yang sempit dengan sepak bola dilapangan yang luas?.

Cara pandang yang positif akan membuat hal yang berat terasa ringan, yang sulit terasa mudah. Sedangkan cara pandang yang negatif, akan membuat yang ringan terasa berat dan yang mudah terasa sulit. Dalam kaitan anak, jika anak kita seidikit umumnya orang tua akan cenderung mengikuti dan melayani apa yang dimaui anak. Sedangkan jika anak kita banyak, bagaimanapun dengan terpaksa anak harus mengikuti kemauan dan program orang tua. Coba dibandingkan, enak mana menjadi orang tua yang mengikuti kemauan anak, atau menjadi orang tua yang anaknya mengikuti kemauannya.

Cara pandang yang positif akan mendorong kita menyambut anak secara positif. Paling tidak akan menyambut kelahiran anak, anak nomor berapapun mereka akan diterima dengan ikhlas dan syukur. Wujud syukur yang paling konkret adalah menyambut kelahiran anak secara Islami, minimal akan disambut dengan ritual aqiqah pada saat anak berusia tujuh hari dari kelahirannya. Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

Setiap anak tergadaikan pada aqiqohnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh kelahirannya, diberi nama dan dicukur rambut kepalanya” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah dan Tirmidzi dengan redaksi yang berbeda-beda).

Dengan disyukuri kelahirannya sebagai nikmat yang mulia maka insyaAllah Allah akan menambah nikmat anak tersebut berupa kesehatan seluruh kepribadiannya sehingga akan lebih mudah untuk dididik menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.

Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *