Kiat Selamat menjelang Kiamat
WAHAI ANAKKU yang disayang Allah , kamu ditakdirkan hidup di zaman “modern”, millenium ke III, atau era globalisasi yang pada dasarnya adalah westernisi dan lebih khusus penggiringan kebudayaan manusia se dunia ke arah proses Amerikasisasi yang pada hakekatnya adalah upaya yahudinisasi dan kristenisasi
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“orang –orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama ( gaya hidup) mereka” (Q.S:2:120)
Dengan senjatanya dalam bidang sainsdan teknologi , kita di manja untuk bisa menikmati produk mereka, tanpa jerih payah. Anak-anak seusiamu bisa hidup enak. Bisa berpakaian model mereka, bisa berkendaraan buatan mereka. Hidupmu dan yang segene-rasi denganmu jauh lebih enak, senang, mudah dan lancar dibanding generasi sebelummu.
Tetapi enak dan mudahnya hidup apakah sekaligus menjamin bahagia dan selamatnya hidup. Kenapa orang-orang yang secara material serba cukup bahkan melimpah lebih sering stress, frustasi dan gelisah? Kenapa orang yang semakin tinggi taraf penghidupan-nya? Kenapa mereka yang bertumpuk kekayaan dan jabatan justru terpuruk dalam kehinaan dan penderitaan?
Kami sebagai orang tua yang ingin bertanggung jawab terhadao anak-anaknya merasa tidak cemas dengan masalah materi ,soal makan, minum, pakaian, maianan,jajan, dll. Kebutuhan materi kami optimis. Tetapi tentang keselamatan, kehormatan, kemuliaan, ketenangan, kebahagiaan dan kesuksesan anak-anak seggenerasimu sungguh sangat mencemaskan dan mengkhatirkan, kami pesimis.
Problematika kami dalam mengasuh anak-anak bukan pada proses pertumbuhannya melainkan masalah perkembangannya. Soal anak-anak bias “mangan badutnya Dang rapet turu anget” (makan kenyang pakaian lengkap tidur nyenyak) adalah persoalan yang gampang diatasi Tetapi anak-anak apakah bias menjadi generasi yang sensitive kreatif dan produktif itulah yang membuat orangtua pusing tujuh keliling. Singkatnya, “masalah anak bukan sekadar masalah reproduksi tetapi judul pada masalah regenarasi.”
Kondisi semacam itulah yang membuat generasi muda menjadi bingung dan pesimis. Wujud pesimisme itu bukan kamu baca di dinding dinding kamar mandi di sekolahmu atau di dinding-dinding pinggir jalanan yang dianggap strategis. Kami yakin pandanganmu akrab dengan tulisan-tulisan QZRH (kisruh), KPL (koplo), JXZ (joksin Joko sinting) Stickman dan lain-lain ungkapan kegelisahan dan keresahan mereka. (Maaf itu tulisan anak-anak Jogja) di kota-kota lain mestinya ungkapannya berbeda namun pada hakekatnya mengandung makna yang sama.
Mereka kisruh bingung resah gelisah dan lain-lain situasi hati. Disaat hati mereka bermasalah mereka sulit mendapat solusi pikirannya tidak mampu orang tuanya sibuk gurunya Acuh Tak Acuh ulamanya membingungkan maka otaknya Rudi rusak dengan narkoba biar koplo (gila dan bodoh).
Bahaya anakku yang memiliki optimism di bab sebelumnya sudah kami sampaikan bahwa kita hidup hidup ini ditakdirkan untuk menghadapi kesulitan. Bagi manusia hidup itu masalah dulu adalah masalah sekarang ada masalah kini ada masalah dan sampai kapanpun selalu ada masalah. Selama kita masih menjadi manusia pasti akan memiliki masalah dan pasti akan menjadi masalah. Kalau kita ingin tidak mempunyai masalah solusinya menjadi orang gila atau menjadi penghuni alam kubur. Tetapi orang gila dan orang mati kan tetap menjadi masalah.
Diantara masalah berat yang kamu hadapi dalam meraih cita-cita adalah situasi yang TRILEMATIS, yaitu sulitnya kamu menjalani proses hidup di Simpang Tiga budaya, di tengah-tengah 3 gelombang peradaban yaitu Budaya tradisional modern dan Islami.
Kami ikut merasakan betapa berat bingung sulitnya kamu menjalani proses perkembangan. Betapa tidak secara geografis kamu lahir dan dibesarkan di wilayah “Timur” sebagai symbol belahan dunia yang masih tradisional. Primitif dan berkesadaran mistik. Secara historis (sejarah) Kamu hidup di zaman modern yang sekuler materialistic sedangkan secara teologis (keyakinan) kamu terlanjur beragama Islam yang dituntut Islami.
Ketika di rumah dan di masyarakat kamu dituntut untuk menjadi pewaris dan pelanjut tradisi nenek moyang yang di samping tidak rasional/realistis sekaligus bertentangan dengan hati nurani. Ketika di sekolah di kehidupan gaul dan di media:
TV, VCD radio, novel dan lain-lain kamu dituntut menjadi manusia “modern” sementara pelajaran agama di masjid dibuku-buku Islami di kegiatan-kegiatan dakwah kamu di tarbiyah untuk menjadi muslim yang Kaffah (yang utuh dan yang Syamil).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS.2;208).
Betapa Trilematisnya, ketika kamu menyadari pribadi yang sedang mencari bentuk yang jelas utuh dan lengkap demi keselamatan dan kesuksesan masa depan. Sementara ada 3 kekuatan pembentuk kepribadian yang berada di depanmu. Mengikuti semuanya jelas tidak mungkin dan sangat merepotkan sedang memilih salah satu jelas-jelas beresiko.
Tidak mungkin seorang yang punya pendirian dan prinsip sementara di dalam dirinya terkumpul tiga sikap yaitu tradisional modern Islami. Mustahil kemusyrikan kekafiran dan ketahui dan berkumpul dalam kepribadian yang utuh kecuali kalau seseorang itu rela memiliki kepribadian yang terpecah (split personality), pribadi yang “mimicry” yang memblungon, hipokrit alias munafik.
Demi keselamatan diri biar disebut pandai berinteraksi biar tidak disebut fanatic biar dianggap pejuang toleransi maka dia menjadi yang serba bias. Tradisional siap modern Oke dan islami Kenapa tidak. Kesenian kuda lumping lincah lagu rock energik dan nasyid merdu. Ketika acara resepsi pernikahan pakai pakaian adat ketika rekreasi meniru orang barat dan pengajian memakai jilbab generasi inilah kalau di Jogja disebut generasi “campur sari”.
Ketika kamu memilih tradisi dan menolak yang lain maka kamu harus siap untuk dicat kolot ketinggalan zaman primitive karena akan dikelompokkan sebagai “barang antik” akan menjadi suaka budaya yang oleh Negara dan Pemda akan dijadikan sebagai komoditas pariwisata. Jika ada turis mancanegara akan diantar ke rumah anda untuk ditunjukkan “inilah sisa-sisa manusia Jawa Sunda Madura yang masih bertahan sampai Milenium ketiga”. Kalau Anda beruntung anda akan dipindah ke Taman Mini Indonesia Indah sebagai penghuni anjungan budaya daerah.
Tetapi ketika kamu memilih modern dan menolak yang lain kamu akan dicap tidak tahu adat murtad dan mungkin kamu akan disingkirkan dari keluarga dan tokoh agama. Tetapi jika Islam menjadi pilihan dan kamu Istiqomah di dalamnya kamu akan dicap fanatic fundamentalis ekstrim kanan bahkan teroris.
Kamu akan dianggap orang asing yang melawan system dan menentang arus yang resikonya minimal digunjing kalau perlu diusir dan dibunuh. Kondisi dan situasi seperti itulah yang disebut trilematis yaitu sulitnya memilih satu diantara tiga pilihan dan masing-masing pilihan mendatangkan Resiko yang tidak ringan Maju Kena Mundur Kena minggir kena apalagi di tengah-tengah.
Dengan adanya trilematis budaya itulah yang membuat masyarakat semakin heterogen kompleks plural dan majemuk. Kemajemukan keluarga Kampung jamaah bahkan Negara. Jangankan di wilayah yang luas di dalam keluarga yang sempit saja sudah sangat jelas ketidakseragaman nya.
Tidak aneh bagi kita bila menemukan suatu keluarga jika berjalan bersama-sama pakaian (symbol kepribadian) yang dikenakan sudah menunjukkan perbedaan. Neneknya mengenakan pakaian adat ibunya memakai rok sementara anaknya yang satu memakai jilbab yang satu memakai celana jeans dan kaos yang ketat.
Jika hari libur dan semua berkumpul masing-masing minimal memiliki radio dan dibunyikan sesuai dengan seleranya sendiri-sendiri tanpa toleransi maka situasi rumah akan seperti pasar malam. Di situ ada wayangnya dangdutnya popnya dan pengajiannya
Wahai anakku yang masih bisa melihat realitas Jangan heran jika tidak semua orang seperti kamu mengikuti kemauan MU atau bias memenuhi tuntutan mu. Memang idealnya seharusnya mestinya orang yang mengaku muslim itu Ikhlas untuk diatur dan dibentuk oleh nilai-nilai Islam dan ikhlas meninggalkan nilai-nilai tradisional dan modern yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ketahuilah bahwa tidak semua orang Islam mendapat kesempatan dan punya kemauan untuk menerima dakwah islam yang benar. Ada yang lebih banyak mendapat dakwah modernisasi bahkan hanya sedikit yang mendapat dakwah islami.
Dengan demikian yang seharusnya umat Islam itu menjadi umat yang satu dan bersatu tetapi kenyataannya umat Islam menjadi umat yang terpecah dan sulit berjamaah. Secara global umat Islam sekarang terpecah menjadi tiga model atau kecenderungan yaitu: muslim tradisional muslim sekuler dan muslim yang berusaha untuk Islami.
Istilah “musim tradisional”” hanyalah untuk menyebut mereka yang secara formal dan ritual pengakuan dan ibadahnya sesuai dengan Islam tetapi dalam hal budaya secara kultural mereka bertahan kepada tradisi nenek moyang walaupun tidak rasional dan tidak sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
(QS.2;170).
Namanya KTP-nya shalatnya bahkan hajinya tidak meragukan tetapi perilakunya jelas-jelas menunjukkan penentangan kepada Allah dan RasulNya.
Istilah “muslim sekuler” hanyalah sekedar untuk menyebut mereka yang secara formal dan ritual jelas Islam tetapi secara kultural mengikuti budaya musuh-musuh Islam. Pergaulannya pakaiannya ekonominya politiknya pola piker Pola sikap dan pola tindak nya tidak mau menyesuaikan diri dengan Islam malah mengekor dari budaya barat.
Sedangkan istilah “muslim yang berusaha untuk Islami” adalah untuk menunjukkan mereka yang berusaha untuk mengislamkan dirinya baik secara formal ritual dan kultural. Mereka tidak puas hanya Islami namanya dan ibadahnya namun juga ingin Islami berpikirnya cara merasanya dan cara beraktivitas nya. Mereka berlatih berpakaian Islami belajar bergaul yang Islami berpolitik yang Islami. Mereka ingin konsisten dengan sumpahnya
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“… sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam tiada sekutu baginya; dan demikian itulah kami diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang-orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah (pelopor kaum muslimin)”QS.6;162-163)
Wahai anakku Hidup itu adalah proses untuk memilih atau mengambil keputusan. Jika kamu memahami hidup dengan benar maka kamu harus berani untuk menentukan pilihan. Tidak memilih pun sebenarnya adalah memilih yaitu memilih untuk tidak memilih jika ada pilihan yang harus dipilih kemudian kamu tidak memilih. Sebenarnya kamu telah menjatuhkan pilihan yang paling jelek bagi kemanusiaan mu.
Demi masa depanmu sebagai anak-anak muda maka kamu harus mampu dan berani memiliki kepribadian yang sesuai dengan dirimu. Jika tradisi adalah peradaban masa lalu yang sulit dipertahankan di masa kini dan pasti akan lenyap di masa depan Maka wajar kalau itu menjadi pilihan orang tua tapi justru Bahaya jika menjadi pikiran anak-anak muda.
Jika Modernisasi adalah budaya masa kini yang sudah pada puncak kulminasi zaman keemasan zaman kejayaan berarti peradaban ini sedang berproses menuju kehancuran jika itu kamu ikuti berarti kamu hanya akan memiliki masa kini dan tidak akan punya apa-apa di masa depan biarlah budaya itu menjadi milik mereka yang berorientasi pada masa kini.
Tetapi jika kamu memang sadar Sebagai pemegang sejarah di masa depan Maka hanyalah Islam yang bias menjadikan Islam adalah peradaban masa depan yang sedang diperjuangkan di masa kini. Karena tiada masa depan yang tidak di Perintis dari perjuangan sekarang. Tiada perjuangan kecuali bagi mereka-mereka yang bias menatap masa depan yaitu Pemuda pelopor atau “rebungnya” sejarah.
Oleh karena itu jangan heran bila di sekitarmu muncul generasi muda yang memiliki semangat yang kuat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai islam yang mulai ditinggalkan oleh generasi tua dan dewasa atau diajarkan oleh pemuda pemuda pengekor.
Mereka adalah pelajar-pelajar yang berprestasi, mahasiswa-mahasiswa yang berpotensi dan professional-profesional muda yang berdedikasi tinggi. Tolong tetapkan pilihanmu seperti pilihan mereka dan bergeraklah bersama-sama dengan mereka, paling tidak hiduplah di tengah-tengah mereka.
A
Jika menjadi muslim yang berusaha islam menjadi pilihan mu, jika selamat dunia akhirat sudah menjadi cita-citamu dan jika situasi kacau , jahiliyah dan dekat dengsn kiamat sudah menjadi zamanmu maka kamu harus memiliki kiat-kiat untuk bisa selamat, kiat-kiat untuk menentang arus dan gelombang. Strategi untuk bisa sampai kepada pantai tujuan yang hakiki. Adapun kiat-kiat itu adalah sebagai berikut :
- Tetapkan visi dan misi hidupmu dengan jelas. Sebagai muslim kuatkanlah dan bersihkanlah aqidahmu.
Rindulah kepada fitrahmu
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS:30:30),
kembalilah pada jalan yang benar
فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۖ إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ
Artinya: Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.(QS: 51:50;57:16).
Dan jangan tanggung tanggung keislamanmu
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS:2:208)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Dan itu semua hanya bisa dicapai dengan perjuangan dan kesabaran. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akn masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS:3:142)
- Selektiflah terhadap informasi. Kamu hidup di era informasi. Hampir-hampir tidak ada orang yang merasa aman dan bebas dari sebuah informasi lewat media cetak maupun media siaran (elektronika). Muatan informasi itu netral dan liar, ada yang memsng menjadi kebutuhanmu da nada yang sekedar menjadi kesenanganmu. Diawal awal nasihatku sudah diulas tidak semua yang kita senangi itu sekaligus kita butuhkan. Banyak kebutuhan yang kita tidak senang dan banyak kesenangan yang tidak kita butuhkan bahkan justru membahayakan. Berhati-hatilah anakku terhadap informasi. Kamu harus bisa memfilter, bisa menyaring dan bisa menseleksi.Paksakan untuk mengakses jika itu kebutuhan yang menguntungkan, dan batasilah atau hentikan mengakses bila itu kesenangan atau hiburan yang bisa melenakan dan merugikanmu. Kamu harus terbuka dengan informasi tapi cerdas dalam mengkonsumsi
ٱلَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS:39:18)
- Tingkatkan frekuensi informasi yang islami. Informasi itu paling tidak bisa menjadi factor pembentuk pengetahuan, pendapat, sikap dan perilaku atau sebagai pembentuk pola piker, pola sikap dan pola tindak seseorang. Muslim tradisional adalah mereka yang mengakses informasi tradisional ketimbang yang lain. Muslim sekuler atau muslim modern adalah mereka yang lebih banyak dibentuk oleh informasi dari barat . Oleh Karena itu mengandal kan khotbah jumat sepekan sekali, pelajaran agama sepekan dua jam dan ceramah hari-hari penting seperti mauled nabi dan lain nya jelas tidak cukup untuk membentuk pola piker ,pola sikap dan pola tindak islami. Kamu perlu membaca quran dan hadist setiap hari, membaca buku, majal;ah dan tabloid yang islami, mendengarkan ceramah dimana saja kita jumpai, diskusi keislaman dengan teman-teman yang sevisi dan semisi.meskipun itu hal yang berulang-ulang, jangan sampai bosan, karena yang berulang-ulang itulah membuat orang secara tidak sadar tidak terpengaruh (lihat iklan)
وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
“dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (QS:51:55).
- Carilah seorang pemandu. Meskipun yang kamu tuju adalah jalan lurus
(QS:1:6)
untuk mencapai harus mendaki lagi sulit (QS:90:11)
yang untuk melewatinya bagi akan naik tangga (QS:84:19)
dan agar sukses harus memahami skala prioritas dan selalu optimis (QS:94:7-8).
Ibarat pendaki gunung , meskipun puncak gunung , meskipun puncak gunung itu sudah jelas, sementara belum pernah kesana. Maka sebuah kecerobohan kita akan mendaki sendiri tanpa pemandu. Oleh karena bagi kamu yang masi awam dalam romantika dan berat nya medan dakwah islam, maka tidak mungkin akan bisa sampai kepada kamu yang kamu harapkan jka kamu nekat berjalan dan berproses sendirian. Meskipun sudah sekian banyak ayat dan hadist yang kamu hafal, sekian tumpuk buku yang kamu baca, sekian banyak seminar dan kajian yang kamu ikuti, itu smua ibarat orang membangun bangunan besar masih dalam tahap mengumpulkan dan menumpuk material tidak mungkin akan menjadi bangunan yang kokoh tanpa mengundang paling tidak seorang tukang yang sudah teruji dan terbukti pengalaman nya. Oleh karena itu sulit dibayangkan seorang yang ingin menyempurnakan bangunan islamnya tanpa guru, pemandu mursyid, murobi minimal ustadz. “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan padamu: “ Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka berlapang-lapanglah niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk-mu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu, maka berdirilah , niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS:58:11) . Ayat diatas menunjukan perlunya instruktur kehidupan.
Bentuklah lingkungan yang kondusif . Kemampuan mengontrol diri dan pengawasan seorang murabbi sangat terbatas padahal kita sering salah dan lupa. Disitulah kita butuh kekuatan eksternal yaitu lingkungan yang bisa membantu diri mengontrol proses kita. Untuk itu kita perlu mencari, memilih jika perlu membentuk lingkungan yang kondusif. Keluarga kita,tetangga kita, teman kita, sekolah kita sering lebih sebagai penghalang ketimbang sebagai penunjang. Pesanku kepada mu pilihlah lingkungan yang baik, atau carilah dan bentuklah kelompok kecil dan terbatas apapun nama nya: usrah,liqo,halaqoh,fi’ah qolilah asal di dalam nya para anggota nya memiliki tiga kesepakatan yaitu tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan tidak sebalik nya (QS:5:2) . Tolong menolong dalam amar ma’ruf nahi munkar (QS:9:71) Dan menghargai waktu secara positif dan produktif untuk mengimani islan, mengilmui islam, mengamalkan islam, memperjuangkan islam dan bersabar dalam beriman,berilmu,beramal dan berdakwah. (QS:103:1-3)