KeluargaMasa Depan Cerdas

Tataplah Masa Depanmu dengan Cerdas

WAHAI ANAKKU, sejak kamu diamanahkan Allah kepada kami, kamu sudah kami fahami sebagai anak manusia. Kami faham bahwa yang kamu bawa dari lahir adalah fitrah yang menurut pemahaman kami adalah potensi-potensi sumberdaya manusia. Paling tidak sebagai calon manusia, ketika bayi kamu sudah membawa lima SDM, yaitu daya nabatiyah (RQ), daya hayawaniyah (LQ), daya basyariyah (IQ), daya nafsiyah (EQ) dan daya ruhaniyah (SQ). Dengan daya-daya yang kamu miliki itulah kami memahami hidupmu bukan sekedar hidup secara biologis, yaitu proses dari lahir sampai sampai mati kemudian selesai. Bagi kamu, sebagai manusia masih adalagi kehidupan yang lebih bernilai dan abadi yaitu hidup di alam kubur dan alam akherat.

     Jika pandangan hidupmu sudah benar dan sempurna seperti di atas maka kamu harus menggunakan hidup yang hanya sekali ini untuk meraih kesuksesan masa depan. Allah SWT mengingatkan kita “Wahai orang-orang yang beriman bretaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk masa depanmu dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS:59:18)

     Kami memahami masa depan manusia ada dua masa depan yaitu dunia dan masa depan akherat, masa depan sebelum mati dan masa depan sesudah mati, masa depan prakematian dan masa depan pasca kematian. Kenapa ini perlu kami sampaikan kembali kepadamu, karena kelalaian dan kebodohannya, banyak manusia jika diajak berbicara tentang masa depan yang terbayang dibenaknya hanyalah masa depan sebelum mati, sedang masa depan sesudah mati tidak terpikirkan sama sekali. Oleh karena itu kami tidak menginginkan kamu masih sebodoh dan sepicik mereka.

       Dalam pemahaman dan penghayatan kita, masa depan sebelum mati itu nilainya tidak sama dengan masa depan sesudah mati. Masa depan sesudah mati itu lebih baik, lebih abadi dan lebih pasti daripada masa depan sebelum mati. Paling tidak masa depan sebelum dan sesudah mati itu memiliki sifat yang berbeda dan membutuhkan sikap yang berbeda pula. Masa depan sebelum mati itu bersifat mungkin dan masa depan sesudah mati itu bersifat pasti. Artinya, adapun yang belum terjadi di dunia ini, dari sekarang sampai mati adalah sekedar kemungkinan. Kamu rajin belajar belum tentu mendapat nilai yang baik. Anak sekolah belum tentu lulus, ingat temanmu yang dibunuh padahal baru awal-awal masuk sekolah. Mahasiswa menjadi sarjana hanyalah kemungkinan, karena bisa jadi disaat akan diwisuda mati kecelakaan. Pemuda yang pacaran belum tentu menikah dengan pacarnya bahkan yang menikah dengan pacarnya pun tidak ada jaminan akan tetap mesra dan setia setelah berumah tangga.

        Sedangkan kematian adalah pasti, hidup lagi sesudah mati adalah pasti, tentang adanya surga dan neraka tidak bisa diingkari, di surga bahagia dan di neraka menderita akan terbukti. Siapa di dunia punya harta dan tahta belum tentu hidupnya bahagia, tetapi siapa yang tidak memiliki pahala dan banyak berdosa jangan berharap dan mimpi akan bahagia di surga. Bahkan kita harus yakin bahwa kematian akan terjadi tetapi kita tidak tahu pasti kapan terjadinya. Tidak seorang pun yang tahu pasti kapan, dimana dan sedang apa di saat mati. Untuk mati tidak ada jaminan besok kalau sudah tua, jika Allah menghendaki, ketika masih balita pun harus siap jika waktunya sudah sampai.

          Oleh karena itu, buktikanlah kecerdasanmu memahami sifat masa dan dengan kejeniusan menentukan sikap terhadap masa depan. Itulah sikap yang telah ditentukan oleh Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an :

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang dianugerahkan kepadamu kebahagiaan negeri akherat, dan janganlah kamu melupaka bagian dari kenikmatan dunia.” (QS:28:77).

         Ayat tersebut mengajarkan kita untuk menguji kecerdasan rohani dalam menyikapi masa depan dunia dan akherat. Logika sederhananya adalah “kejarlah yang pasti tetapi jangan diabaikan yang mungkin.” Carilah akherat jangan melupakan dunia. Seriuslah jika itu berkaitan dan masa depan sesudah mati, tetapi jangan dilalaikan atau diremehkan meskipun itu hanya persoalan sebelum mati yang belum pasti. Ada ilustrasi sederhana yang bisa kita jadikan pegangan. “Dunia ini ibaratnya seperti rumput sedang akherat itu seperti  padi”. Rumusnya siapa yang menanam padi pasti akan menjumpai rumput tetapi siapa yang hanya menanam rumput, jangankan bisa panen padi, rumputpun belum tentu tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Siapa yang sibuk mencari akherat dengan benar, Allah akan memberikan hak-hak dunianya, sementara yang jungkir balik mencari dunia, jangankan akan masuk surga, di dunia saja kadang- kadang tidak sempat bahagia, bahkan banyak yang menderita dan hina.

        Anakku, untuk meraih sukses masa depan sebelum dan sesudah mati bukanlah sebuah persoalan yang mudah, bukan perjalanan yang mulus dan lurus. Perjalanan meraih masa depan adalah perjalanan yang mendaki dan sulit, yang harus dilewati setingkat demi setingkat dalan kehidupan. Hidup ini adalah sebuah perjalanan dan perjuangan yang dihadapannya selalu ada peluang dan tantangan, kemudahan dan kesulitan, dukungan dan gangguan, peringatan dan godaan.

            Alhamdulillah kamu telah dianugerahkan peluang, dukungan dan kemudahan yang banyak. Kamu hidup di zaman yang dengan teknologi canggihnya membuat kehidupan lebih enak dan mudah daripada zaman bapak dan ibumu saat seusiamu. Ekonomi keluargamu lebih baik daripada ekonomi keluarga kakekmu. Bahkan yang paling menguntungkan kamu dalam meraih masa depan dunia akherat adalah kualitas keluargamu. Insya Allah kamu dibesarkan dalam keluarga yang sakinah, mawadah, ramah dan barakah, sebuah realitas keluarga yang langka dan sulit ditemukan di zaman modern ini. Bersyukurlah kamu wahai anakku, agar Allah Swt berkenan menambah nikmat-nikmat yang sudah ada dengan tambahan yang banyak baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

            Namun ketahuilah wahai buah hatiku, bahwa dibalik harapan selalu ada ancaman, meskipun secara internal pribadi dan keluargamu, kamu memiliki peluang, dukungan dan harapan untuk meraih masa depan, tetapi secara eksternal, di sekolah, di pergaulan, di media dan di politik nampaknya kamu lebih banyak mendapatkan rintangan, tantangan, ancaman minimal gangguan dan godaan. Setidak-tidaknya ada tiga ancaman atau persoalan atau yang sedang menghadang perjalananmu . Tidak seorangpun yang bisa menghindar dari tiga persoalan hidup tersebut yaitu: tantangan moralitas, tantangan kreatifitas dan tantangan kriminalitas.

            Kami yakin, kamu pasti akan berinteraksi dengan hal-hal yang melanggar moralitas, pergaulan bebas, pronografi dan narkoba. Jika kamu terhindar dari ketiga persoalan tersebut, apakah kamu bisa menghindar dari lingkungan tersebut? kamupun harus sadar bahwa kemajuan peradaban modern yang materialitas ini tidak akan membiarkan orang aman  dari persaingan, perebutan dan penemuan baru. Siapa yang tidak kreatif akan tersisih. Siapa yang ingin eksis hidupnya harus mampu mengembangkan kreativitas. Kamu harus berhati-hati terhadap ancaman kriminalitas atau kejahatan, mulai dari penipuan, pencurian, perampokan, dan pemerkosaan bahkan pembunuhan, perkelahiran dan terorisme pun sulit dihindari oleh siapapun.

            Tantangan, rintangan dan persoalan di datangkan Allah bukan untuk dihindari atau ditolah, melainkan untuk dihadapi, diatasi dan ditaklukan. Hidup ini adalah proses “membeturkan ideialisme dalam realitas” menguji harapan dalam keberhasilan atau paling tidak membuktikan bahwa angan-angan itu tidak sama dengan kenyataan. Ada sebuah ungkapan yang kami ingat, bahkan pernah kami tempelkan di dinding rumah agar kamu dan adik-adikmu sempat membaca yaitu: “JANGAN KAU RINTANGI MASA DEPAN ANAK-ANAKMU DENGAN MEMBIASAKAN HIDUP MUDAH”. Kata-kata hikmah itu mengajarkan kepada kita, bahwa jika anak-anak dimanja, tidak dilatih sejak dini mengatasi persoalannya sendiri, maka masa depan mereka akan gagal dan sulit bahkan sampai dewasa pun masih mengandalkan fasilitas dari orangtua.

            Oleh karena itu pahamilah anakku, kenapa kamu dididik tidak seperti anak-anak yang lain, kenapa kamu harus dilatih untuk mandiri dengan cara  ikut membantu pekerjaan-pekerjaan di rumah, kenapa tidak semua yang kamu minta kami penuhi padahal kami mampu memenuhinya? Itu semua kami lakukan justru karena kami ingin membuktikan cinta kami dengan cara yang benar, sadar dan cerdas. Kami paham setiap anak selalu dihadapkan kepada dua hal, yaitu KEBUTUHAN DAN KESENANGAN. Tidak semua yang dibutuhkan itu sekaligus disenangi, dan sebaliknya tidak semua disenangi itu dibutuhkan. Banyak kebutuhan yang kita tidak senang dan banyak kesenangan yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Setiap kebutuhan pasti menguntungkan tetapi kebanyakan kesenangan itu merugikan.

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

            Orang-orang sukses, selamaya dan bahagia adalah orang-orang yang sejak dini berlatih memenej kebutuhan dan kesenangan. Yang namanya kebutuhan harus dipaksakan dan namanya kesenangan itu harus dibatasi. Oleh karena itu demi masa depanmu, kami harus tega memaksa kamu melakukan hal-hal yang memang kamu butuhkan dan harus membatasi bahkan melarang kamu mengikuti  kesenangan dan keinginan yang akan menghancurkan masa depanmu. Ingatlah pada ungkapan klasik “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian.” Bahkan menurut Al-Qur’an lebih tegas“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Al-insyirah:5-6)

            Dalam hal pendidikan anak-anak, kami memiliki analogi dan model dua buah anak ayamyaitu ayam kampong dan ayam broiler atau ayam pedaging. Ayam kampong membesarkan anak dengan realitas dan ayam broiler dibesarkan dengan fasilitas. Anak kampung langsung diajak induknya menghadapi kenyataan, mengenal tantangan, menjelajahi medan dan menaklukan setiap yang menjadi penghalang. Oleh karena itu jangan heran, meskipun harus menghadapi seleksi alam anak-anak ayam kampung sudah sejak awal mampu menunjukkan kemandirian, keberanian dan kesiapan bertahan dan bahkan menang dalam pertarungan.

            Tetapi ayam-ayam brodier sejak kecil harus dipisah dari induknya, dikungkung dalam ruang kandang yang sempit dan pengap yang mengkerdilkan wawasan. Semua yang dibutuhkan dan disenangi disiapkan yang tinggal untuk dimakan. Mereka hidup dari fasilitas, diimunisasi disterilkan dari tantangan. Memang hasilnya mereka tampak bersih, kelihata sehat, gemuk, tenang dan menarik. Tetapi ayam brodier dibesarkan bukan untuk dilepas di alam bebas, mereka harus cepat disembelih dan dikonsumsi manusia disaat masih muda. Jika dilepas di alam bebas, jelas akan stes, bingung, cangung bahkan tidak mampu dalam mencari tempat untuk bergantung. Enak mana ya jadi anak ayam brodier dengan menjadi anak ayam kampung? Memangnya hidup itu untuk enak-enak?

Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *