KeluargaParenting

Membentuk Keluarga Yang Ideal

Ibarat tanaman, keluarga adalah tempat pembenihan dan penyemaian sebelum tanaman ditanam di perkebunan atau di pekarangan bersama dengan tanaman-tanaman yang lain. Lingkungan geografis kita sekarang ini ibaratnya sudah menjadi lahan yang gersang dan ganas, yang sudah tidak kondusif lagi untuk melepas anak-anak kita begitu saja. Oleh karena itu, sebelum anak-anak kita hidup di alam bebas yang mengarah kepada kondisi yang kacau, harus kita persiapkan dulu tempat pembenihan dan penyemaian yang berkualitas yaitu keluarga yang islami yang SAMARABA (sakinah, mawaddah, rahmah, dan barakah).

Keluarga SAMARABA adalah sistem yang ditegakkan di atas prinsip berorganisasi. Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama dengan cara kerja sama, bukan sama-sama kerja. Pihak laki-laki minimal harus berusaha untuk ahli sebagai suami dan bapak. Sedangkan yang perempuan harus berusaha untuk ahli menjadi istri dan ibu. Laki-laki dan perempuan yang memiliki keahlian bersatu untuk terikat oleh kesamaan dan bersepakat untuk membangun kebersamaan, khususnya untuk melahirkan anak-anak yang sholih.

Dalam rangka menjalankan fungsi reproduksi dan regenerasi, disamping adanya model keluarga yang tersebut di sub bagian III (model keluarga menurut Al-Qur’an), setidak-tidaknya ada 4 model keluarga unggas yaitu:

  1. Model keluarga burung merpati

Merupakan model keluarga yang bapak-ibu bersama-sama bertanggung jawab dalam melaksanakan proses reproduksi. Hubungan suami-istri bagi merpati nikmat milik bersama dan akibat ditanggung berdua. Suami-istri bagi merpati terikat dengan perjanjian suci, setia sampai salah satu mati. Istilahnya merpati tidak pernah ingkar janji.

  • Model keluarga ayam

Bagi keluarga ayam hubungan suami-istri tegak di atas prinsip nikmat sepenuhnya milik yang jantan, sementara akibat ditanggung sepenuhnya oleh yang betina. Bagi ayam jantan siapapun yang menarik dikawini, sedangkan siapapun yang telaten dilayani oleh ayam betina. Soal anak sepenuhnya ditanggung oleh induknya, sedang bapaknya sekedar sebagai pejantan belaka.

  • Model keluarga burung puyuh

Model keluarga ini, pihak betina adalah yang agresif, sedangkan yang jantan cenderung pasif dan penurut. Tugas betina hanya sampai pada tahap bertelur saja, sedangkan proses selanjutnya dilanjutkan oleh yang jantan. Anak-anak dirawat oleh bapaknya sedangkan ibunya meninggalkannya.

  • Model keluarga bebek atau itik

Model keluarga ini tugas orang tua hanya sekedar kawin dan bertelur saja. Proses selanjutnya dilaksanakan oleh pihak lain. Bapak dan ibu tidak bertanggung jawab dalam proses tumbuh-kembang anak-anaknya.

Idealnya anak-anak yang sholih berhak menemukan tempat pembibitan dan penyemaian dalam keluarga model burung merpati. Bapak dan ibu memiliki komitmen untuk bertanggung jawab bersama dengan kewajiban sesuai dengan keahliannya masing-masing secara optimal. Agar keluarga SAMARABA mampu melahirkan anak-anak yang sholih dan sholihah, maka sejak awal harus berusaha menegakkan prinsip-prinsip di bawah ini:

  1. Memiliki kesamaan aqidah, visi, misi, dan orientasi yang selau terkawal dan terawat samppai salah satu mati (QS. 30 : 21).
  2. Memiliki landasan ilmu yang memadai, kaya dengan referensi, memahami rambu-rambu dalam kehidupan berkeluarga. Sehingga masing-masing faham akan hak dan kewajiabannya (QS.17:36 & QS.39:9).
  3. Memiliki kedaulatan dalam menata dan mengelola keluarga. Berusaha menghindari intervensi yang bisa merusak stabilitas organisasi (QS. 25:74 & QS.4:34).
  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang berkualitas agar pasangan hidup saling memahami apa yang difikirkan dan dirasakan. Suami-istri pada dasarnya bukan ahli kebatinan yang “aku tahu apa yang ada dalam hatimu, kamu tahu apa yang ada di dalam hatiku”. Sebagai manusia biasa tidak mungkin seorang bisa mengatakan “aku tahu apa yang engkau mau”. Ada ungkapan yang berbunyi “dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa yang tahu” (QS.49:13).
  5. Suami-istri memiliki elastisitas tinggi sehingga mudah melakukan penyesuaian diri. Masing-masing harus siap berubah untuk mencari jalan tengah. Ibaratnya fisik yang merasa tinggi berusaha merendah, dan merasa rendah berusaha meninggi. Dengan demikian perbedaan dan pertentangan apapun akan mendapatkan solusi. Atau ibaratnya pejual dan pembeli, tawar menawar yntuk mencari jalan tengah hingga terjadilah transaksi yang saling ridho (QS. 2:233).
  6. Suami-istri harus belajar bertoleransi dan saling memberi kesempatan pasangannya untuk beraktualisasi diri tanpa mengganggu stabilitas organisasi (QS.17:84).
  7. Siap segera melakukan aksi, bukan sibuk berdiskusi apalagi saling mencurigai. Suami-istri harus qanaah menerima pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangan, dengan azas ridho karena pada dasarnya setiap manusia tak ada yang sempurna. Tiada gading yang tak retak (QS. 4:19).
Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *