Jihad Sebagai Kebutuhan Pribadi
Jika Allah SWT menetapkan jihad sebagai salah satu syarat penentu untuk diterima masuk surga adalah suatu hal yang wajar, yang dapat diterima oleh akal sehat. Justru akan menjadi aneh apabila jihad tidak dimasukkan di dalam syarat masuk surga. Sungguh sangat aneh, bahkan perlu dicurigai jika suatu tempat yang indah, mulia, penuh kenikmatan yang diburu oleh orang-orang yang terhormat, hanya ditawarkan dengan syarat yang ringan dan dapat dimasuki tanpa perjuangan dan pengorbanan.
Di dalam Al-Qur’an, kemuliaan, kemenangan, dan kebahagiaan yang hakiki harus diraih dengan tiga usaha yaitu imam, hijrah dan jihad dalam bahasa netralnya [universal] keyakinan, perubahan dan perjuangan.
الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللّهِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri [jiwa] mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” [QS:9:20]
Oleh karena itu, bila surga adalah merupakan cita-cita setiap pribadi muslim yang sholeh, maka mereka akan berjuang untuk mendapatkannya. Bila yang membutuhkan surga adalah kita, sementara untuk mendapatkannya harus lewat perjuangan dan kesabaran, maka pada dasarnya jihad itu kebutuhan kita, bukan kebutuhan pemilik surga. Allah tidak butuh kita masuk surga, tetapi kitalah yang butuh masuk surga-Nya Allah.
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihad itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam.”[QS:29:6]
Jihad pada dasarnya bukan sekedar perang fisik [kontak senjata], meskipun gambaran yang paling mudah untuk melukiskan perjuangan adalah peperangan. Jika kita membaca sejarah, menonton wayang kulit, film laga dan kisah-kisah perjuangan hak dan batil, termasuk yang dikisahkan dalam Al-Qur’an bahwa perjuangan adalah peperangan.
Namun, apabila kita masuk di dunia perjuangan lebih dalam, ternyata peperangan hanyalah merupakan sebagian kecil dari wujud perjuangan. Dalam memahami jihad secara utuh, Dr.Ali Abdul Halim Mahmud merangkum dari berbagai sumber informasi tentang jihad dan menawarkan rumusan sebagai berikut:
“Makna jihad di jalan Allah adalah, menguras tenaga, potensi, harta dan jiwa untuk meninggikan kalimat Allah. Balasan bagi amal tersebut merupakan semulia-mulia dan sebaik-baik balasan dunia, yaitu kemenangan atas musuh dan kemantapan agama Allah di muka bumi, sedangkan balasan di akhirat adalah seutama-utama balasan yang diberikan kepada hamba-hambaNya yang ikhlas yaitu: SURGA” [Rukun Jihad hal:45]