KeluargaParenting

Menyiapkan Calon Ibu dan Calon Bapak

Pada dasarnya anak adalah produk patungan bapak dan ibu. Kita tidak tahu anak akan menjadi seperti bapak atau ibunya. Di dalam Al-Qur’an ada 4 model keluarga (orang tua) yaitu:

  1. Keluarga Nabi Ibrahim A.S, adalah contoh keluarga yang kedua pihak orang tuanya memiliki pengaruh yang positif kepada anak-anaknya.
    قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ
    Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4)
    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْهِمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
    Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) benar-benar terdapat suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari Kemudian. Siapa yang berpaling, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.
    (QS. Al-Mumtahanah [60]: 6)
  2. Keluarga Nabi Nuh A.S dan Nabi Luth A.S, adalah keluarga yang bapaknya memiliki pengaruh positif, namun ibunya memberikan pengaruh negatif kepada anak-anaknya.
    ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ
    Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”
    (QS. At-Tahrim [66] : 10)
  3. Keluarga Fir’aun, adalah keluarga yang bapaknya berpengaruh negatif, sementara itu ibunya memberikan pengaruh positif kepada anaknya.
    وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ
    Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
    (QS. At-Tahrim [66] : 11)
  4. Keluarga Abu Lahab (QS. 111 : 1 – 4) adalah keluarga yang bapak dan ibunya memberikan perngaruh yang buruk kepada anak-anaknya.
    تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ ١ مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ ٢ سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ ٣ وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ ٤ فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ ࣖ ٥
    Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan memasuki api yang bergejolak (neraka), (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
    (QS. Al-Lahab [111] : 1-4)

Apabila ingin melahirkan anak-anak yang positif, shalih-shalihah (Qurrota A’yun), kita harus menyiapkan siapa calon bapak dan ibunya. Ketika kita memilih jodoh seharusnya tidak sekedar mempertimbangkan apakah dia pantas menjadi calon suami atau istri saya, namun harus dipertimbangkan juga pantas-tidaknya dia menjadi calon bapak atau ibu dari anak-anak yang saya dambakan.
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.
(QS. An-Nuur [24] : 26)

Oleh karena itu sebelum kita menjadi calon orang tua anak-anak yang sholih, maka tugas utama kita adalah mensholihkan diri kita lebih dahulu. Jadilah pribadi sholih lebih dulu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran 113-114 di atas. Syukur-syukur apabila sebelum berkeluarga kita sudah memiliki 10 kepribadian muslim yang ideal yaitu:

  1. Memiliki aqidah yang bersih dari syirik
  2. Melakukan ibadah dengan benar sesuai dengan tuntunan dan berusaha menghindari bid’ah
  3. Berakhlak mulia dan berusaha menghindari sifat-sifat jahiliyah, baik jahiliyah modern maupun jahiliyah tradisional
  4. Memiliki jasmani yang sehat dan kuat
  5. Memiliki ilmu yang luas dan berwawasan global-universal
  6. Memiliki jiwa yang sehat dan posisi sosial yang terhormat
  7. Terbiasa terprogram dalam berkegiatan dan beramal
  8. Terbiasa mengelola waktu dengan baik dan memahami skala prioritas dalam mengatur jadwal kehidupan
  9. Memiliki sumber daya ekonomi yang halal dan baik, sehingga memiliki kemandirian dalam finansial
  10. Berusaha menyibukkan diri dalam hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain dan ummat serta siap melaksanakan amalan-amalan fardhu kifayah.
Share Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *