Strategi dan Taktik Meraih Pasangan Hidup Ideal Pilihan dan Konsekuensinya
Dalam buku memahami alur kehidupan Sudah saya sampaikan bahwa manusia sekarang, khususnya generasi muda sedangBerada pada simpang tiga nilai yang membingungkan, mereka berada pada situasi trilematis peradaban.secara geografis mereka lahir dimasyarakat timur yang masih tradisional,primitif dan mistis.secara historis. Mereka hidup pada abad XXI,milenium III, Puncak peradapan berat modern,sekuler,individualis dan materialistis. Sedangkan secara teologis mereka terlanjur yakin memeluk suatu agama,bagi kita,terlanjur beragama islam kita jadi bingung akan memilih yang mana, memilih tradisi sebagaimana yang diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang beresiko untuk dicap primitif,ketinggalan zaman penuh kemusyrikan, bid`ah dan takhyul. Memilih arus kuat “modernisasi” Jangan-jangan dicap sekuler, tidak tau adat Bahkan sudah mendekati murtad. Namun
Jika kita memilih nilai-nilai islami secara konsisten bisa jadi dicap fanatik fundamentalis ekstrim kanan dan lain-lain. Tiga pilihan sulit yang membingungkan, maju kena, mundur kena, diampun kena. Kesulitan itulah yang mengantarkan generasi muda sekarang memiliki kepribadian yang terpecah, bahkan mengarah pada krisis identitas. Disebut orang jawa tidak mampu menulis, membaca, bicara, dan berperilaku sebagaimana mestinya orang jawa (kalau mereka keturunan jawa). Disebur modern ternyata hanya berhenti pada gaya hidup (life style-nya) sementara kualitas dan mentalitasnya (lipe skill nya) jauh dari kemodernan. Sedangkan disebut muslim hanya keliatan pada formalitasnya aktifitas dan kualitasnya.
Dominasi budaya barat yang mengantarkan hidup menjadi pragmatis,hedonis dan permissve maka lahirlah generasi campur sari, bunglon dan mimikri. Mereka ahli dalam Penyesuaian diri untuk cari enak nya saja. Mereka bisa berubah penampilan sesuai dengan tuntunan lingkungan. Mereka asal tidak Tenggelam rela untuk hanyut meskipun arus Tidak mampu mengarah ketujuan dan memang mereka sudah tidak punya tujuan. Gerak mereka sangat tergantung arus dan gelombang yang dominan, terombang ambing diterpa hempasan gelombang nilai yang silih berganti datang. Tradisional siap “modern” oke,islam kenapa tidak?..main kuda lumping lincah, disko energik dan sholat pun trampil. Menghadiri resepsi nikah bis berpakaian tradisional, pergi rekreasi berpakaian modern, mendatangi pengajian siap pakai jilbab. gelombang peradaban tersebut akhirnya mengantar masyarakat sudah tidak homogen lagi. Masyarakat muslim yang seharusnya sebagai “ummatan wahidah” Ummat yang satu, sekarang tidak mungkin Memelihara kesatuanya. Mau tidak mau Kita melihat kenyataan bahwa umat islam Indonesia terpola menjadi tiga model kecenderungan, yaitu muslim tradisional,muslim sekuler dan muslim yang berusaha islami. Muslim tradisional,..untuk menyebut mereka yang secara formal dan ritual terikat dengan islam, namun secara kultural mereka lebih komit dan setria kepadatradisi warisan Nenek moyang ketimbang kepada allah dan Rosulnya. Lebih takut di gunjing dan diasingkan tetangga ketimbang di masukkan ke dalam neraka. Sanksi- sanksi tabu,kwalat,”ora ilok” dan yang bersifat mistis lainnya, lebih Mengerikan ketimbang sanksi sanksi dosa Muslim sekuler atau muslim “modern” Sekedar untuk menunjuk mereka yang secara formal dan ritual terikat dengan islam tetapi secara kultural lebih bangga mengikuti budaya barat meskipun itu harus melanggar aturan agama yang diyakininya. Mereka lebih bangga berpenampilan pop, trendy dan Lain-lain, ketimbangberpenampilan yang syar’i (sesuai dengan syariat). “masuk nera-kapin tidak masalahasal nisa gauldan sukses secara duniawi” (QS.87 :16-17) muslim yang berusaha islami,muslim taat atau muslim kaffah adalah istilah untuk menyambut muslim yang disamping secara formal dan ritual, secara kultural pun mereka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai islami. Mereka tidak ingin hanya islam dalam pengakuan dan peribadatan, melainkan juga ingin ber islam dalam peradaban. Dalam berpakaian, pergaulan,ekonomi politik dan lain lainnya, mereka sesuaikan apa yang dikehendaki oleh islam meskipun harus berhadapan dengan ejekan ejekan, rintangan dan fitnah. Mereka siap menyambut dengan ikhlas seruan Allah“wahai orang orang yang beriman masuklahKamu kedalam islam secara keseluruhannya , dan Jangan lah kamu mengikuti langkah langkan saye Tan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyaTa bagi kamu” (QS. 2:208).
Ketiga tipologi ummat islam tersebutdi Atas akhirnya membentuk tiga corak keluat Gadis masyarakat yaitu: keluarga tradisional atau sistem usrah yang umumnya masih di Pertahankan di pedesaan, pedalaman dan Sisa sianya bisa dilihat di keluarga tua. Keluarga modern atau keluarga sekuler disebut Juga family. Keluarga model ini berasal dari Model barat yang contohnya bisa kita liaht Di kota kota, keluarga dewasa yang terpelajar dan keluarga muda yang masih menjadi Pengekor budaya barat. Keluarga islami atau Sistem Al- Ahlu adalah keluarga yang mungkin masih sulit kita temukan contoh-contoh Konkretnya secara umum. Model keluarga ini Tampaknya baru bisa dijumpai dalam keluarganya pemuda-pemuda pelopor yang aktif dalam harakah harakah (gerakan dakwah)yang mulai tumbuh sejak tahun 1980-an.
Ketika anda akan menikah untuk membentuk keluarga sakinah, muncul pertanyaan,”keluarga model apa yang akan saya bentuk”. Jika anda orang awam atau pemuda pengekor,bahkan anda mungkin bunglon, jawabanya. Jawaban yang benar itulah yang akan anda gunakan untuk mengambil keputusan yang berani dan cerdas. Sebelum mengajak anda untuk menjatuhkan pilihan akan saya ungkapkan kedua bahan pertimbangan, yaitu :
pertama: memahami bahwa pemudaadalah manusia masa depan. Setiapa sejarahselalu ada tiga generasi yang tidak dapatdipisahkan, yaitu generasi tua, dewasa danmuda. Generasi masa lalu, masa kini dangenerasi masa depan. Oleh karena itu pemuda harus menyadari bahwa mereka pemegang dan pengendali sejarah lebih kurang dua puluh tahun kedepan.
Kedua: memahami islam adalah solusi Peradapan masa depan. Nilai nilai tradisional adalah nilai nilai masa lalu yang sulit dipertahankan di masa kini dan akan lenyap dimasa depan. Sedangkan nilai nilai modern adalah nilai nilai masa kini, yang sedang pada masa keemasannya dan dalam proses menuju kehancuran. Sedangkan nilai nilai Islam sedang digali, di rumuskan dan diperjuangkan untuk menjadi alternatif bagi sisa sisa tradisi dan puncak modernisasi.
Dengan pertimbangan di atas maka pilihan yang tepat bagi pemuda adalah ikut berjuang mewujudkan peradaban islam sebagai perdaban masa depan termasuk keluarga yang akan di bangunpun adalah keluarga yang islami. Ketika anda sadar sebagai pemuda sementara anda memilih keluarga tradisional maka anda harus bersiap diri untuk menjadi barang antik, suaka budaya, komoditi pariwisata dan jika anda merasa muda, manusia masa depan, memilih keluarga modern sebagai tempat merealiasikan idealism anda, maka bersiap siaplah untuk broken Sebelum jalan. tetapi jika kesadaran anda sebagai manusia masa depan dan pikiran andapun adalah berjaya di masa depan maka bersiap siaplah untuk berjuang karena tidak ada masa depan yang tidak di perjuangkan dan hanya pemuda yang sadar terhadap tugas kesejarahannyalah yang memahami makna perjuangan.
Jika keluarga islami sudah anda jadikan pilihan strategis yang anda jatuhkan, maka perlu di ingat kembali bahwa keluarga islami adalah keluarga sebagaimana umumnya. Namun memiliki ciri ciri yang bersifat khusus yaitu keterikatanya pada nilai nilai islam baik sebelum, sedang dan sesudah pernikahan. Setelah memahami hakekat keluarga Islami maka yang perlu kita pahami bahwa tidak ada tujuan tanpa jalan. Artinya setiap tujuan menentukan jalan. Bila kita ingin sampai pada tujuan tertentu maka harus lewat dan setia di atas jalan yang bisa mengantarkan anda selamat sampai ketempat yang anda inginkan. Tujuan yang benar mustahil di tempuh lewat jalan yang salah. Jika anda ingin ke jakarta tidak akan efektif jika anda melewati jurusan semarang. Jika anda ingin jadi dokter mustahil tercapai bila anda masuk fakultas sastra. Maka jika anda ingin membentuk keluarga yang islami tidak akan terwujud jika anda menempuhnya dengan cara yang tradisional dan modern. Jika kawin paksa dan di jodohkan adalah cara untuk menempuh keluarga tradisional. Jika pacaran dan pergaulan bebas sebagai langkah menuju keluarga sekuler. Maka keluarga islami tidak mungkin di capai dengan kawin paksa atau pacaran. Islam sebagai sistem yang lengkap mestinya memiliki jalan sendiri atau siapapun yang ingin mencapainya tidak celaka dan sesat. Lantas apakah tidak ada pacaran yang islami ?….jika yang di sebut pacaran adalah aktifitas sebagaimana yang sudah si kenal
Seperti film, novel, sinetron atau di tempat tempat terbuka maka itu sudah dikategorikan kemaksiatan yang dilarang agama, sudah berdosa dan mendekati zina bahkan meNurut penelitian lebih banyak yang sudah berzina. Pertanyaannya: adakah zina yang islami dan adakah maksiat yang islami?.. anda tentu akan menjawab dengan hati nurani..