Langkah Strategis Untuk Mendapatkan Jodoh
DARI KEENAM cara mendapatkan jodoh tersebut diatas yang pertama dan kedua, mencari jodoh dan memilih atas dasar syahwat, adalah cara yamng tidak islami. Karena awal keberangkatanya tidak di dasari oleh nilai-nilai islam maka mustahil, cara tersebut mampu mengantarkan seseorang menemukan rumah tangga yang sakinah. sementar cara yang ke empat dan kelima dan keenam meskipu lebih aman dan islami, namun dengan perkembangan sosial budaya seperti sekarang ini sudah jarang di minati oleh kalangan tertentu saja. Umumnya sekarang ini orang memadukan dua kutub yang selama ini nampak ekstrim, yaitu kutub yang terlalu bebas dan kutub yang terlalu puritan atau sakral. Di satu sisi ada yang menganggap ikhtiar adalah segala galanya, termasuk masalah jodoh adalah semata-mata urusan manusia, masyarakat, negara dan agama tidak oerlu di libatkan. Sementara di sisi lain, karena terlalu berhati-hati, jodoh adalah urusan orang tua Imam jamaah murobbi atau organisasi tanpa usaha pun pasti akan dating sendiri.
Diantara dua kutub ekstrem di atas ad acara yang nampaknya lebih banyak peminatnya yaitu cara yang ketiga yang dianggap Jalan Tengah dan disamping aman Islami dan lebih manusiawi yaitu mendapatkan jodoh dengan cara memilih sesuai dengan semangat Islam. Langkah-langkah untuk mendapatkan jodoh tidak diatur secara rinci. Meskipun menikah perintah agama Namun karena pola interaksinya lebih berat kepada habluminannas maka syariatnya tidak serinci dan seperti ibadah mahdhoh (habluminallah) yang sudah ditetapkan secara baku. Paling beda dengan langkah-langkah di bawah ini kita tidak akan terjebak dalam hal-hal yang hina, namun tetap dapat mengekspresikan hal-hal kemanusiaan kita. langkah-langkah tersebut adalah:
- Menikah adalah Syariat agama
Perintah itu disyariatkan kepada mereka yang mampu bukan kepada mereka yang sudah mau “Wahai sekalian Pemuda barangsiapa yang telah mampu menikah diantara kamu maka hendaklah ia menikah. Maka sesungguhnya mereka itu menghalangi pandangan (kepada yang dilarang agama). Dan memelihara Kehormatan dan barangsiapa yang belum mampu Hendaklah ia berpuasa sesungguhnya berpuasa itu adalah perisai bagimu”. (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karena itu gunakanlah masa muda untuk menyiapkan kemampuan bukan untuk menuruti kemauan. Inilah perbedaan yang sudah Nampak sejak awal antara cara Islam dengan cara jahiliyah. Kalua Pemuda jahiliah ya begitu dalam interaksi social menemukan calon yang diikuti adalah kemauannya sehingga begitu akhirnya menuruti kemauan Akhirnya telah menyiapkan kemampuan. Begitu pergaulan membuahkan hasil yang pada dasarnya belum diharapkan Mereka ternyata tidak punya kemampuan untuk menerima resikonya. Bagi pemuda Muslim begitu tertarik dengan lawan jenisnya yang pada dasarnya adalah Fitrah yang dilakukan adalah instropeksi, sudah mempukah saya menikah kalau belum mampu hendaklah berusaha menunggu sambal bersiap diri menyusun kemampuan. “Dan orang-orang yang belum mampu menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-nya” (QS. 24:33). Kemampuan yang dituntut bukan sekadar kemampuan biologis dan ekonomi tetapi yang lebih penting adalah kemampuan jiwa kerjakan mental dan ilmu untuk menerima konsekuensi logis dari keputusan yang diambil. Laki-laki mampu sebagai calon suami dan Bapak jika wanita mampu sebagai seorang istri dan ibu dengan segala resikonya.
- Agama punya “objek”
Anda sudah punya pilihan dan memiliki kemampuan untuk melangkah maka langkah selanjutnya adalah proses ta’aruf proses saling mengenal “wahai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa Dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” (QS.49:13). Yang saya maksud saling kenal dan Taaruf adalah kenal secara formal dan kuantitatif misalnya nama lengkap tempat dan tanggal lahir alamat pendidikan jumlah saudara anaknya siapa dan lain-lain. Untuk sekedar mengenal lahiriyah tersebut bias dengan pacaran tetapi tidak harus dengan pacaran artinya orang pacaran bias saling kenal tetapi untuk sekedar mengenal tanpa pacaran pun bisa. Kalua dengan pacaran kita berbuat maksiat dosa bahkan terancam berzina Kenapa kita harus pacaran? Ada cara lain yang lebih aman, Bagaimana caranya. Hari ini Rosulullah mengisyaratkan “kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu” . tidak ada kaifiat cara upacara dan tata cara yang dilakukan. Prinsipnya semua boleh dilakukan kecuali hal-hal yang dilarang. Silakan kreativitas dikembangkan namun batas rambu-rambu jangan dilanggar jabat tangan buka-bukaan aurat berkhalwat pandangan syahwat dan lain-lain Jangan dilakukan. Ingat rambu-rambu dipasang bukan untuk menghambat perjalanan Tetapi Untuk mengatur agar selamat sampai tujuan.
- Manusia bukan sekedar makhluk biologis
Manusia juga memiliki dimensi dimensi lain yang bersifat kuantitatif. Memilih pasangan hidup tidak cukup dengan mengenal secara formal (ta’aruf) melainkan berusaha untuk paham secara kualitatif tafahum paling tidak setelah kita menetapkan diri sebagai muslim yang berusaha Islami yang berikhtiar menemukan pasangan yang kualitas atau sekufu. “wanita-wanita yang kecil adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang kecil adalah untuk wanita-wanita yang keji pula. dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik.”(QS.24:26), Lihat QS. 2:221. Paling tidak pasangan yang ideal itu memiliki 4 kesamaan. OK Google kesamaan yang bersifat mutlak dan harus paham sebelum menikah dan 2 kesamaan bersifat relative dan di proses setelah menikah. 2 kesamaan yang bersifat mutlak dan harus dipahami secara tuntas adalah persamaan pandangan hidup dan pedoman hidup visi misi dan referensi. Sebelum kita menikah bahwa kita sudah paham dan yakin bahwa calon pasangan kita sakit dah dengan kita dan masing-masing siap untuk menjadikan Allah dan rasulnya sebagai pelindung hidup kita. (QS. 4:59, 24:51, 33:36, 4:65 dan 59:7). Sedang kesamaan yang lain yang bias ditolerir adalah kecenderungan pribadi dan gaya hidup. Keduanya bias dilakukan proses penyesuaian terus-menerus setelah menikah. Untuk bias saling memahami (tafahum) tidak mungkin dengan pacaran. Omong kosong Kalau orang pacaran dalam rangka saling memahami. Ada beberapa hal yang menyebabkan orang pacaran justru tidak pernah paham dengan pasangannya:
- Pacaran dimulai dari kemauan bukan kemampuan sehingga ketika sudah merasa saling cocok bahkan yang wanita sudah hamper melahirkan anak ternyata yang laki-laki tidak siap menjadi suami apalagi Bapak Lihatlah korban yang telah berjatuhan.
- Dasar hubungan mereka berdua adalah syahwat cinta dan birahi cinta jenis ini (lihat buku menguji kecerdasan cinta) ternyata saling mengubah yang objektif menjadi subjektif membuat orang buta dan tuli. “yen wes Kadung Tresno wingko Katon Kencono”, kalua cinta sudah lengket tahi kucing pun rasa coklat.
- Karena masing-masing adalah merasa cocok semangat untuk selalu setia sudah menggebu maka masing-masing menjaga hubungannya dengan cara bersandiwara. Masing-masing berusaha menyembunyikan dan melindungi konflik dan sangat toleran dengan yang lain bahkan praktiknya mereka saling tukar menukar Kepalsuan, kebohongan dan kemunafikan.
Untuk memahami kepribadian seseorang memang harus berinteraksi secara intensif dan terus-menerus. Dan dalam hal ini tidak mungkin halal dilakukan kecuali setelah menikah. Oleh karena itu sebagai cara praktis cukup dibantu dengan memahami beberapa hal yaitu: gimana aktivitasnya siapa sahabat-sahabatnya dana pa referensinya. Bagaimana caranya untuk tahu? “antum a’lamu biumuri dunyakum”.
- Kemampuan pribadi sangat terbatas
Disamping itu untuk menikah bukan sekedar beristri atau bersuami. Oleh karena itu perlu kita libatkan orang-orang yang disekitar kita untuk membantu memahami jodoh kita. Disamping itu untuk meminta pertimbangan Apakah si dia cocok sebagai pasangan kita sekaligus minta konfirmasi apakah dia cocok menjadi menantu cucu ipar anggota dan lain ikatan dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Demikian musyawarah perlu dimasukkan sebagai salah satu langkah yang sangat penting.
- Salat istikharah salat hajat atau berdoa
Salat adalah langkah final untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup kita termasuk menetapkan pasangan hidup. Menikah pada dasarnya lebih merupakan ikatan batin atau hati. Agar hati biasa bersatu maka kita perlu mengetahui apakah hati dia merupakan pasangan hati saya. Kita tidak tahu secara pasti omong kosong Kalau orang pacaran lantas bersumpah “aku tahu apa yang ada dalam hatimu kau pun tahu apa yang ada di hatiku. Allah lah satu-satunya Dzat yang memiliki pengetahuan tentang hati jiwa dan ruh” (QS.17:85). Oleh karena itu Mintalah petunjuk kepada Allah dan mohonlah Ridho darinya dalam hal jodoh.
- Segeralah melamar
Jika langkah-langkah ikhtiar sudah ditempuh dan Allah pun telah menurunkan petunjuk dan restunya maka proses selanjutnya adalah proses khitbah dan meminang atau melamar. Jika umumnya pihak laki-laki yang memulai maka jika wanita mendapatkan lamaran hendaknya tidak tergesa-gesa menerima lamaran. Wanita pun punya hak yang sama untuk menyiapkan diri mengenal memahami bermusyawarah dan bermunajat kepada Allah. Jika keduanya sama-sama Oke dan lamarannya diterima Maka segeralah melangkah untuk menikah.